Persaingan bisnis menjadikan orang semakin kreatif, apalagi bisnis-bisnis yang produknya hanya mengharapkan pasar lokal. Kalau bisnis yang berorientasi pada pasar global, kreatifitas terletak pada bagaimana pebisnis memanfaatkan teknologi informasi untuk menyampaikan produknya ke berbagai belahan dunia ini, bagaimana pebisnis melakukan kerjasama kemitraan dengan distributor dan kerjasama dengan pihak ekspedisi sebagai jaminan barangnya sampai tepat waktu, atau paling tidak, tidak terlalu lama terlambat sampai di tempat.
Bahkan konsumen tidak terlalu peduli pada teori-teori bauran pemasaran yang diterapkan oleh pebisnis global market oriented ini, karena mereka hanya ingin diyakinkan bahwa barang berkualitas dan benar-benar sampai pada konsumen sesuai spek yang diminta.
Berbeda dengan bisnis yang berorientasi pasar lokal, kreatifitas menjadi hal yang paling penting dan utama karena pasar yang disasar diperebutkan oleh banyak pemain dengan produk yang sama dan konsumen yang juga sama. Bahkan mungkin pertumbuhan produsen (pemain) dengan produk yang sama melebihi pertumbuhan konsumen. Dalam kurun waktu tertentu, kondisi ini akan berdampak pada fenomena yang disebut pasar jenuh. Pasar jenuh merujuk pada kelesuan bisnis di suatu tempat dikarenakan tingginya pemain bisnis masuk pasar sementara pasar sasaran statis, konsumennya hanya itu-itu saja. Mau tidak mau, harus berbagi pasar, dan profit tentu saja sulit untuk meningkat, akhirnya pebisnis hanya melakukan aktifitas bisnis untuk mempertahankan pasarnya sampai mampu mencapai Break Even Point, setelah itu baru dipertimbangkan, tutup atau lanjut.
Kreatifitas yang benar-benar kreatif, tidak mengeluarkan modal tambahan yang besar, karena dalam konteks bisnis dengan orientasi pasar lokal kreatifitas adalah ide, ide untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari pesaing. Bisnis model ini mestinya dimiliki oleh pebisnis-pebisnis di bidang kuliner dan kafe. Bisnis kuliner adalah bisnis yang berorientasi pada pasar lokal, jika pun ada bisnis kuliner yang berorientasi pasar global, dalam pengertian dapat menjangkau pasar di luar daerah, ini masih sangat langka, sebagai contoh Gudeg. Tetapi tidak semudah yang dibayangkan, jika sejenis gudeg bisa dikirim keluar daerah, maka citra rasanya akan berubah, atau setidaknya menggunakan bahan pengawet untuk menjamin saat gudeg sampai di tempat, masih aman untuk dikonsumsi.
Ide kreatif bisa untuk konsep produknya (tangible) dan kreatifitas dalam menciptakan suasana atau pelayanan (intangible). Beberapa ide kreatif dapat ditelusuri di mesin pencari Google tentang konsep kuliner. Seperti di Xining South Road, Lane 50, Wanhua District, Taipe, Thailand ada kuliner dengan konsep “Modern Toilet Restaurant”, semua fasilitas dan peralatan yang digunakan memang berbentuk barang-barang yang ada di kamar mandi dan toilet. Tempat duduknya berbentuk toilet duduk, mangkuk tempat minum berbentuk toilet. Meja makannya berbentuk wastafel. Semua serba toilet..
Di Jogya ada restauran berkonsep penjara. Ruangannya disetting terlihat seram dengan jeruji besi khas penjara. Pelayannya menggunakan pakaian narapinada, dan mereka akan menyodorkan koran-koran lama yang terlihat suram. Koran-koran tersebut adalah daftar menu. Konsep ini terinspirasi dari situasi penjara di Taiwan (mungkin pemiiknya pernah mendekam disana ya.. 🙂
Lagi, di Thailand ada restoran dengan konsep “Cabbage & Condoms Restaurant”. Ornamen yang terdapat di dalam resto ini semua terbuat kondom, termasuk topi yang dipakai para pelayannya juga menggunakan kondom. Mengenai filosopinya, silahkan digoogle 🙂
Tampaknya, ide-ide tentang konsep bisnis yang unik-unik bahkan terkesan menjijikkan banyak terinspirasi dari negeri Gajah Putih itu. Di Indonesia, konsep-konsep unik juga banyak, tetapi belum sampai pada hal yang ekstrim-ekstrim seperti di Thailand.
Di sepanjang Jl. DR. mansyur Medan merupakan area bisnis kuliner yang sangat pesat di akhir-akhir ini, dari pangkal hingga ke ujung Dr. mansyur berjejer jenis kuliner mulai dari wakop, fastfood, kafe, warung makan modern dan tradisional, Empek-empek, Mie Aceh dan banyak lagi lainnya. Yang baling banyak adalah kafe dengan konsep yang berbeda-beda. Kopi Ong mengusung konsep kopi yang digiling langsung saat di pesan, dan memiliki produk unik, yaitu kopi yang sudah disimpan selama tiga tahun lebih, anda akan menunggu lebih lama untuk dihidangkan kopi dibanding kafe-kafe lain karena kopinya harus digiling setelah ada order dari pelanggan. Musik yang diputar di kafe ini pun khusus musik klasik, mereka tidak akan memutar musik rock heavy metal. Kopi Ong memberikan kenyamanan bagi pelanggannya untuk menikmati kopi dengan rasa tenang dibawah lantunan musik klasik…
Kopi Ulee Kareng dan Gayo II mengandalkan konsep kopi saring ala Aceh dengan pelayanan standar dan ‘Ulee kareng’ sebagai merk yang dijual ke pelanggan. Selain itu, banyak berjejer kafe-kafe dengan suguhan musik-musik keras yang didatangkan dari anak-anak band di kota Medan, bagi anda yang suka berheavy metal, cocok berkunjung ke kafe-kafe model ini.
Yang terbaru, kafe berbasis konsep kampus, nama kafenya pun sangat akrab dengan suasana mahasiswa, Fakultas Kopi. Fakultas kopi memiliki produk-produk yang disesuaikan dengan istilah perkampusan, seperti jadwal buka dan tutup disebut Jadwal kuliah. Jadwal Kuliah dimulai setiap hari pada jam 10.00 hingga jam 24.00. Kecuali hari minggu, Jadwal Kuliah dimulail jam 14.00. Untuk satuan harga disebut SKS. Jika dalam daftar harga dituliskan 1 cangkir espresso = 2 SKS, maka itu berarti seharga Rp. 5000 x 2 sks = Rp. 10.000. Penggunaan nama Fakultas Kopi ini sangat relevan karena pasar sasaran utama kuliner di seputar Dr. Masnyur adalah mahasiswa, terutama mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang terletak di persimpangan Jamin Ginting – Dr. Mansyur.
Fakultas Kopi menjadi bahan pembicaraan sebagian besar penikmat kopi di kafe-kafe yang sudah mapan. Dan nyatanya memang banyak yang ngopi disana untuk merasakan suasana baru, dan yang jelas, harga sangat miring, mungkin karena masih promo. Penamaan Fakultas Kopi ini merupakan cara lain untuk menarik perhatian penikmat kopi yang sudah memiliki tempat nongkrong selama ini. Biasanya, penikmat kopi yang sudah jatuh hati pada satu kafe, agak sulit untuk pindah ke lain hati, kecuali mendapat undangan dari teman untuk ngopi di tempat lain. Selain cocok di rasa, pelanggan ini umumnya sudah akrab dengan para baristo sehingga begitu mereka masuk kafe, dari jauh tinggal mengangkat dagu atau isyarat lambaian tangan, maka pesanan segera datang dengan ukuran tingkat kepahitan, manis dan getir yang sudah biasa dipesan pelanggan. Ini salah satu yang membuat pelanggan kopi cenderung menjadi pelanggan tetap di satu kafe.
Kecenderungan pelanggan ini lah yang menjadi indikasi bahwa pelanggan lokal memang terasa jenuh, statis dan tidak berkembang. Mereka jadi rebutan pebisnis dengan menciptakan konsep-konsep baru di dunia kafe selain harus memenuhi standar-standar umum seperti WiFi gratis, layar lebar infokus, parkir yang nyaman, dan tempat shalat bagi pelanggan muslim.
Menghadapi situasi inilah dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dan inovasi produk-produk yang memiliki nilai tambah dari pesaing, jika tidak memiliki ini, maka dapat diperkirakan, bisnis akan tutup dalam waktu satu semester. Dan ini terlihat dari beberapa kuliner dan kafe yang sudah menutup rolling door untuk selamanya, setidaknya begitu yang saya saksikan di sepanjang Dr. Masnyur Medan. Mereka kalah karena membuka bisnis dengan konsep konvensional dan terlihat tak siap bersaing dengan kafe-kafe-kafe yang sudah mapan dan dengan mengusung konsep yang terus diperbarui, serta memiliki produk-produk yang mampu mempertahankan cita rasa yang tak bisa diduplikasi pesaing.
Mempertahankan pelanggan saja sudah membuktikan kemampuan survive bisnis kafe ini, apalagi mampu mengiris pangsa pasar pesaing karena daya tarik konsep atau cita rasa yang berbeda, itu namanya pebisnis tangguh 🙂
Dan, apa nilai unik bisnis anda?
Baca Juga :