Mar 292015
 

Menurut Kotler, pada tahap Kemunduran (decline) ini, penjualan menurun drastis hingga ke titik paling rendah, bahkan bisa jatuh hingga pada titik nol. Ada banyak alasan situasi ini terjadi begitu dramatis, diantaranya adalah; (1) perusahaan tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terlalu cepat, (2) terjadinya pergeseran selera konsumen, (c) meningkatnya persaingan domestik dan luar negeri, (4) keadaan perekonomian.  Situasi ini berdampak pada terjadinya kelebihan kapasitas, meningkatnya perang harga, dan terkurasnya laba.

Walau decline, bukan berarti produk-produk yang lama tidak mampu lagi menghasilkan laba, biasanya produk-produk ini akan tetap memenuhi permintaan pasar dari sisa-sisa konsumen yang masih bertahan dan mencari produk tersebut. Produk ini hanya melayani pasar inti, yaitu konsumen yang khusus.

Untuk mengantisipasi terjadinya ‘macet total’, maka barang-barang lama harus segera diimprovisasi, dilahirkan kembali dan diremajakan agar dapat dilempar kembali di pasar. Untuk itu manajemen perlu melakukan beberapa alternatif strategi untuk mendorong upaya peremajaan kembali produk tersebut, yaitu;

  • Memperbaharui fungsi barang
  • Melakukan efisiensi dengan melakukan perbaikan pemasaran dan program produksi
  • Memodifikasi ukuran produk, warna, bentuk, serta model agar menarik perhatian
  • Menghilangkan sebagian jenis barang dan mulai fokus pada barang yang dianggab memiliki potensi paling besar di antara barang-barang lainnya, core business.
  • Menambah inestasi untuk memperkuat posisi kompetitif perusahaan
  • Mencari pasar baru
  • Atau menghentikan produksi jenis barang tertentu yang dianggap potensial meningkatkan biaya dan potensi laba yang rendah.

Berikut Ikhtisar karakteristik, Tujuan, dan Strategi Siklus Hidup Produk

pclikh

karakteristik

tujuanL

Strategi

Baca juga:

Mar 242015
 

growthJika anda merasa bahwa penjualan anda terasa lonjakannya cepat, kemudian para konsumen baru menyukai produk tersebut, dan kalangan menengah juga mulai banyak yang membeli produk. Pada saat yang sama, bermunculan juga pesaing-pesaing baru yang ikut bertarung memproduksi barang yang sama dengan sedikit mengandalkan kelebihan produknya, maka ini adalah gejala atau tanda-tanda perusahaan anda sedang puber. Dalam istilah Siklus Hidup Produk (product life cycle – PLC) perusahaan anda sedang memasuki Tahap Pertumbuhan.

Meningkatnya penjualan dapat menurunkan biaya promosi karena produk sudah diterima pasar. Tapi harus diingat bahwa situasi ini akan terus memunculkan produsen-produsen baru yang akan mengeruk dan menuntut bagian pasar yang sama, sehingga, sekalipun terjadi penurunan biaya promosi yang akan membantu menaikkan pendapatan, tetapi irisan-irisan pasar yang dibuat oleh pesaing akan menurunkan pendapatan yang lambat laun terasa signifikan.

Pada tahap Pertumbuhan ini, yang penting dicamkan adalah mempertahankan durasi waktu pertumbuhannya agar bisa bertahan selama mungkin. Kotler menympaikan beberapa strategi berikut:

  • Perusahaan harus berupaya meningkatkan kualitas produk dan menambahkan ciri baru pada produk dan peningatan gaya
  • Perusahaan menambahkan model baru dan produk pengapit
  • Perusahaan memasuki segmen pasar baru
  • Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru.
  • Perusahaan beralih dari iklan sadar akan produk ke iklan preferensi produk
  • Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif harga di lapisan berikutnya.

Tahap pertumbuhan ini lebih berorientasi pada strategi ekspansi pasar guna memperkuat posisi kompetitif, dan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu; antara memperbesar pangsa pasar dan laba yang besar. Keduanya memiliki konsekuensi yang sama, yakni, tambahan dana untuk belanja pengembangan produk, promosi, dan distribusi. Untuk sementara perusahaan akan mengabaikan pencapaian laba maksimum karena hal tersebut dimaksudkan untuk diraih pada tahapan berikutnya.

Baca juga:

Mar 122015
 

keuanganDalam dunia bisnis, kebanyakan persoalan yang muncul disebabkan karena kesalahan cara mengelola keuangannya, atau sering diistilahkan dengan manajemen kas, cash management. Pelaku bisnis masih memiliki keyakinan bahwa meningkatkan laba dari aktifitas usahanya adalah hal yang paling utama, padahal laba yang dibukukan dalam laporan keuangan hanyalah alat ‘pencitraan’ untuk membentuk opini pihak ketiga terhadap perusahaan, sementara fakta yang sebenarnya dari perusahaan tersebut bukan lah dideskripsikan oleh laba, tetapi dibuktikan oleh kas, cash. Mungkin kita sering mendengar kalimat bijak dalam bisnis yang menyatakan, “cash is the fact, meanwhile profit is just the opinion“.

Kas merupakan salah satu dari 10 aksioma dalam manajemen keuangan, artinya, dalam dunia bisnis, 10 pernyataan dasar ini merupakan pernyataan yang dapat diterima dan terbukti kebenarannya, pebisnis harus benar-benar memberikan perhatiannya terhadap kas dalam aktifitas usahanya. Untuk memberikan gambaran yang sederhana bagaimanakah laba dan kas berperan dalam manajemen keuangan berikut saya paparkan sebuah ‘cerita sangat pendek’;

Pak Andi seorang pebisnis sukses di bidang computer’s service & sale, karena pak Andi memiliki skill yang handal dalam bidang servis dan cepat pelayanannya, serta persediaan barang sparepart pun lengkap, maka banyak pelanggan yang menaruh kepercayaan kepada pak Andi untuk menjadi pelanggan setia. Dalam satu tahun pertama usaha pak Andi booming dan dalam catatan akhir tahun beliau membukukan laba yang cukup besar dari dua macam aktifitas bisnisnya, yaitu, Service dan penjualan komputer.

Tetapi memasuki awal tahun berikutnya pak Andi kesulitan untuk mengadakan kembali persediaan barangnya, padahal catatan laba pak Andi besar sekali dalam ukuran saat itu. Akhirnya usaha pak Andi berjalan agak terseok-seok, hanya bisa menjalankan salah satu aktifitas bisnisnya, service saja. Pada saat komputer butuh penggantian sparepart, pak Andi harus menunda pekerjaannya terlebih dahulu, atau meminta uang DP (Down Paymant) kepada pelanggan untuk membeli sparepart yang dibutuhkan. Usahanya lesu kurang bergairah.

Pak Andi mengalami kesulitan keuangan dan tidak percaya apa yang dialaminya karena dalam catatan keuangannya tahun ini memperoleh laba yang tidak sedikit. Setelah ditelitinya kembali, ternyata laba yang dibukukan tersebut semuanya dalam bentuk piutang, tidak ada kas yang dibukukan. Kalaupun ada, sangat sedikit dan sudah habis digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan lain-lain yang tidak produktif.

Piutang, walaupun dikategorikan sebagai harta lancar, tetapi tingkat likuid-nya tentu kalah dengan kas. Kas merupakan harta lancar yang tingkat likuidnya sangat tinggi, dapat dicairkan kapan saja dalam waktu yang cepat pada saat dibutuhkan, sementara piutang adalah harta lancar yang membutuhkan waktu untuk pencairannya, bahkan piutang bisa saja hilang. keberadaan piutang yang terlalu lama penagihannya menyebabkan kesulitan mengembangkan bisnis yang membutuhkan dana segar untuk menambah modal kerja.

Pencitraan memang perlu, tetapi fakta lah yang menentukan kesuksesan bisnis

Cash – not profit – is king

Baca juga:

Mar 072015
 

aksiomaMKManajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan (wikipedia)

Manajemen Keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan (Depdiknas)

Manajemen keuangan merupakan usaha untuk menyediakan uang dan menggunakan uang untuk mendapat atau memperoleh aktiva (Liefman)

Ada 10 Aksioma dalam manajemen keuangan. Aksioma memberikan pengertian bahwa pernyataan-pernyataan yang memiliki dasar kebenaran/ terbukti kebenarannya, beriukut Aksioma Manajemen Keuangan;

  1. Risk – return trade-off

Risk – return trade-off merupakan pernyataan yang menunjukkan adanya pertukaran antara resiko dan return, suatu tuntutan konsekuensi dari sebuah sebab. Prinsipnya adalah semakin tinggi resiko suatu pekerjaan maka return yang diperoleh mestinya harus semakin besar. Maka sering muncul pernyataan “High risk, high return” yang merujuk pada kompensasi yang besar akibat pekerjaan yang dilakukan beresiko tinggi.

Contoh : Pak Andi memiliki dana tunai sebesar Rp. 50juta. Pada saat itu pak Andi memiliki dua opsi terhadap uang tersebut, yakni; menyimpannya di bank dengan tingkat bunga 3%, dan opsi kedua meminjamkan uang tersebut kepada koleganya dengan tingkat bunga yang sama. Jika pak Andi berpatokan pada aksioma manajemen keuangan, maka pak Andi akan memilih untuk menabungkan uangnya ke bank dari pada meminjamkannya kepada koleganya, sekalipun koleganya tersebut berani memberikan jaminan bunga hingga 10%. Karena menyimpan uang di bank resikonya lebih kecil dibandingkan dengan meminjamkan kepada koleganya, sebab jika bank bangkrut, maka uang pak Andi pasti akan dikembalikan karena nasabah bank dijamin oleh LPS sehngga uang tidak akan hilang. Sementara jika kepada kolega, resikonya lebih tinggi karena tidak ada jaminan kalau kolega tersebut kabur dan menghilang dari lingkungannya.

  1. Time value of money

Nilai waktu uang. Bahwa menerima sejumlah uang di waktu sekarang lebih baik dari pada menerimanya dengan jumlah yang sama di masa yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan nilai uang yang semakin lama semakin menurun akibat terjadinya inflasi.

Penurunan nilai uang inilah yang menjadi salah satu dasar munculnya bunga dalam perbankan sebagai bentuk antisipasi agar nilai uang yang akan datang tidak menurun dari nilai uang sekarang.

Di samping inflasi, yang perlu dipertimbangkan adalah resiko. Bahwa rentang waktu antara sekarang dan yang akan datang akan banyak terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga, dimana setiap peristiwa akan memiliki konsekuensi yang berbeda, dan di dalamnya terdapat berbagai macam resiko yang dapat merugikan dan menghilangkan kesempatan untuk memperoleh sejumlah uang. Ketidakpastian situasi inilah yang perlu diwaspadai, sehingga jika ditawarkan apakah sejumlah uang akan kita terima sekarang atau tahun depan, maka lebih baik menerimanya sekarang dengan jumlah yang sama.

Contoh : Pak Andi meminjamkan uang sejumlah Rp. 800.000,- kepada pak Rubi dan pak Rubi memberikan opsi untuk mengembalikan uang tersebut 2 hari yang akan datang sejumlah Rp. 800.000 atau tahun depan dengan jumlah Rp. 810.000. Maka sebaiknya pak Andi memilih untuk menerima kembali uangnya dua hari yang akan datang sejumlah Rp. 800.000 dari pada tahun depan, karena uang Rp. 800.000 saat ini dapat membeli satu ban merk Goodyaer, tetapi di tahun depan dengan jumlah Rp. 810.000 tidak dapat lagi untuk membeli ban dengan merk yang sama karena inflasi telah menggerus nilai uang tersebut.

  1. Cash – not profit – is king

Dalam pepatah lama dikatakan “Profit is queen, but cash is king”. Dalam banyak kasus, para pengusaha sering menjadi repot mengurus bisnisnya dikarenakan kesulitan keuangan di tahun berikutnya, padahal, menurut catatannya, laba yang diperoleh selalu meningkat. Tetapi setelah diteliti ternyata keuntungan yang diperoleh perusahaannya hampir semua dalam bentuk piutang yang tingkat likuiditasnya tentu kalah dibandingkan dengan kas.

Kesulitan keuangan yang dialamai oleh banyak pebisnis salah satunya disebabkan karena mereka terlalu fokus pada laba, dan mengabaikan aliran kas. Pebisnis yang terlalu fokus pada laba adalah pebisnis tipe pedagang, sulit berkembang. Sedangkan pebisnis yang cermat, akan menyelaraskan aliran kasnya, mereka ini termasuk tipe pebisnis berjiwa enterpreneur, bukan pedagang yang mencari keuntungan untuk jangka pendek.

Dalam bisnis terdapat istilah “cash is the fact meanwhile profit is just the opinion”. Bukan berarti Profit tidak penting, tetapi mengabaikan Kas merupakan kelalaian bisnis.

Contoh : Pak Andi seorang pebisnis di bidang peternakan ayam potong yang sukses. Dalam catatan akhir tahun beliau membukukan laba besar sekali, tetapi di awal tahun berikutnya pak Andi kesulitan untuk mengadakan kembali persediaan ayam potongnya. Setelah ditelitinya kembali, ternyata laba yang dibukukan tersebut semuanya dalam bentuk piutang, tidak ada kas yang dibukukan. Sehingga pak Andi kesulitan keuangan akibat kosongnya kas yang tingkat likuidnya tentu saja lebih likuid dibanding piutang.

  1. Incremental cash flows count

Incremental cash flows adalah arus kas yang berhubungan langsung dengan investasi, dimana pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan adanya pertambahan kas jika suatu proyek dikerjakan, ataupun mempertimbangkan dampak yang terjadi terhadap kondisi keuangan (kas) saat proyek diterima dan pada saat proyek tidak diterima untuk dikerjakan.

Contoh : Usaha ternak ayam potong Pak Andi sedang naik, karena bertambahnya permintaan, pak Andi bermaksud ingin menambah kapasitas produksi ayam potongnya dari 10.000 menjadi 15.000 ekor per bulan. Untuk itu pak Andi harus mengkalkulasikan :

  • Berapa tambahan kas yang harus dimasukkan untuk dapat mengadakan 5.000 ekor produk tambahan tersebut?
  • Berapa orang lagi tenaga kerja tambahan yang dibutuhkan?
  • Berapa unit lagi mesin potong ayam yang harus diadakan?
  • Dan kemudian mengkalkulasi berapakah pertambahan kas jika proyek ini telah berjalan?

Dari kasus ini, pak Andi akan mengkalkulasikan untuk membandingkan apakah pertambahan kas masuk saat proyek ini telah dilakukan lebih besar dari pada saat mengadakan proyek baru ini? Jika ternyata lebih besar maka proyek ini dapat dilanjutkan, tetapi jika ternyata kas masuk setelah proyek ini dilakukan lebih kecil dari pada saat mengadakannya, sebaiknya pak Andi tidak menambah kapasitas produksinya, atau dengan kata lain, memutuskan untuk tidak mengerjakan proyek ini.

  1. The curse of competitive markets

Persaingan yang semakin ketat akan membelah pasar menjadi bagian-bagian kecil karena semakin banyaknya produsen yang masuk untuk bersaing pada produk yang sama di pasar yang sama sehingga mengakibatkan lesunya usaha. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa tidak selamanya laba dapat diperoleh dalam jumlah yang besar. Kecilnya penerimaan laba akan berdampak pada kecilnya tingkat pengembalian investasi. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal untuk menjaga agar usaha tetap mampu bersaing dan mempertahankan pasarnya, diantaranya adalah; diversifikasi produk, penguasaan bahan baku, penggunaan teknologi tepat guna untuk meminimalisir biaya.

Contoh : Karena permintaan terhadap ayam potong yang semakin meningkat, banyak produsen lain yang muncul dan berebut pasar di lingkunan pak Andi, sehingga omsetnya menurun karena sebagian pelanggannya berpindah ke produsen lain. Untuk mengantisipasi semakin merosotnya jumlah pelanggan, pak Andi melakukan difersifikasi produk dengan mengolah sebagian ayam potongnya menjadi produk baru, yaitu nugged. Disamping itu, bulu-bulu ayam yang selama ini dibuang diolah lagi menjadi produk baru sebagai bahan pembersih debu. Untuk menekan biaya, pak Andi mulai menggunakan teknologi mesin potong ayam yang modern sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan dapat menjamin pelanggan untuk tidak menunggu lama untuk pemesanan dalam jumlah yang besar.

  1. Efficient capital markets

Capital market atau  pasar modal yang efesien adalah pasar modal dimana perusahaan memiliki gerak yang cepat dan harga yang tepat pula. aktiva financial yang diperjual belikan mencerminkan seluruh informasi yang ada dan dapat menyesuaikan diri secara cepat terhadap informasi baru. Efisiensi pasar modal dinilai melalui keberhasilannya dalam menggabungkan dan menyelaraskan informasi.

Contoh : Karena pesatnya kemajuan usaha ayam potong pak Andi, dan sudah menjangkau pasar global, pak Andi berhasil meningkatkan kualifikasi perusahaannya menjadi perusahaan multinasional. Oleh karena itu, pak Andi ingin agar perusahaannya go public dengan menjual sahamnya di pasar modal. Nilai nominal pada setiap lembar saham perusahaan pak Andi adalah merupakan cerminan dari nilai perusahaan pak Andi.

  1. The agency problem

Masalah keagenan terjadi antara para manajer dengan pemegang saham, dimana para manajer dipercaya untuk mengelola perusahaan dan memberikan keuntungan dari semua aktifitas bisnis perusahaan agar para pemegang saham mendapatkan keuntungan dari keuntungan perusahaan tersebut. Masalahnya adalah, manajer tidak akan bekerja untuk para pemegang sahan jika tidak selaras dengan kepentingan mereka. Para manajer akan mengambil keputusan yang akan memberikan keuntungan bagi mereka, kecuali jika ada aturan main yang menjelaskan bagaimana struktur insentif dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak, Manajer dan pemegang saham.

Contoh : Perusahaan pak Andi sudah pada posisi perusahaan besar, karena sudah go public, kepemilikan perusahaan bukan lagi di tangan pak Andi sepenuhnya, dalam perusahaan telah ada struktur serta tugas dan wewenangnya. Ada manajer sebagai operator perusahaan, di sisi lain ada Pemegang saham sebagai sebagai direkasi yang wewenangnya hanya terbatas pada pengambilan keputusan secara umum. Karena perkembangan usaha yang semakin pesat, manajer perusahaan bermaksud ingin menambah daya jual produk agar laba semakin meningkat. Tetapi di sisi lain ternyata pihak lain tidak setuju karena merasa kondisi saat ini masih dianggap cukup. Situasi inilah yang menjadi awal mula terjadinya konflik antara pihak manajer dan direksi.

  1. Taxes bias business decisions

Yaitu pertimbangan pajak yang dijadikan landasan pengambilan keputusan terhadap suatu aktifitas bisnis. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam manajemen keuangan adalah, segala keputusan dan perhitungan haruslah setelah dipotong pajak. Artinya jangan hanya melihat harga dari suatu produk yang dapat diterapkan pada sebuah wilayah lebih menguntungkan, tetapi lupa bahwa harga tersebut belum dimasukkan komponen pajak.

Contoh : Pak Andi melihat bahwa harga ayam potong di Filiphina lebih tinggi dari pada di Indonesia, sehingga pak Andi berambisi untuk menjadikan Filiphina sebagai pasar sasaran yang baru untuk mengembangkan usahanya. Namun, setelah diketahui bahwa ada komponen biaya yang harus dikeluarkan, yaitu pajak ekspor yang diberlakukan di Indonesia dan Filiphina, maka pak Andi harus menghitung besaran pajak yang harus dikeluarkan. Jika ternyata setelah pajak selisih harganya hampir sama, maka dasar informasi inilah yang dijadikan sebagai pengambilan keputusan apakah pak Andi akan tetap membuka pasar baru di Filiphina atau tidak

  1. All risk is not equal

Setiap usaha memiliki resiko yang berbeda, untuk itu perlu melakukan investasi usaha pada bidang-bidang yang berbeda untuk mengantisipasi terjadinya resiko yang mengakibatkan collaps-nya sebuah usaha.

Contoh : Dari bisnis ayam potongnya, pak Andi dapat menyimpan uang yang tidak diputar sebesar 2 milyar. Untuk mengembangkan asetnya, pak Andi menginvestasikan dana yang 2 milyar tersebut ke perusahaan lain, tetapi tidak di satu tempat. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi jika perusahaan tempat pak Andi menanamkan investasinya tersebut bangkrut, maka pak Andi masih memiliki dana lain di perusahaan-perusahaan lain yang sehat

10.  Ethical dilemmas are everywhere in finance

Etika merupakan nilai-nilai normatif yang harus dilekatkan pada sikap seseorang dimanapun dia berada. Namun demikian, sering terjadi dilema di tengah-tengah aktifitas bisnis yang dilakukan. Hal ini karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu pada setiap diri individu. Untuk itu, pada setiap perusahaan selalu ada aturan nilai ‘universal’ yang sering disebut Budaya Perusahaan sebagai bentuk dan upaya perusahaan mengarahkan karyawannya agar memegang teguh nilai-nilai yang baik. Kesalahan etis walaupun dapat dimaafkan, tetapi akan dapat juga membunuh karir seseorang karena biasanya pelanggar etika akan mendapat hukuman sosial disebabkan pelanggaran etika merupakan pertaruhan integritas yang dibutuhkan sebagai nilai budaya perusahaan.

Contoh : Salah seorang karyawan dalam perusahaan Ayam ptotong pak Andi, melakukan kesalahan penghitungan keuangan yang diketahui saat laporan diperiksa manajer sebelum dilakukan audit eksternal. Atas kesalahan ini, karyawan tersebut dapat dimaafkan karena mungkin tidak disengaja. Tetapi, pada waktu yang lain, karyawan tersebut melakukan tindakan yang memperburuk citra perusahaan karena korupsi. Atas kasus ini, maka karyawan tersebut dapat dipecat secara tidak hormat, karena tindakan korupsi adalah tindakan yang melanggar etika dan menyangkut nama baik perusahaan di mata publik.

Baca juga :

Jan 082015
 

grogerIlmu manajemen terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan menjadi keharusan bagi perusahaan-perusahaan dan organisasi untuk mengaplikasikan ilmu manajemen dalam rangka memperbaiki kinerja serta sebagai sarana kelengkapan bagi penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan pada setiap tingkatan manajemen.

Sejak zaman ilmiah/klasik, para ahli manajemen seperti Robert Owen, Charles Babbage, Frederik Taylor hingga Henry L. gantt serta pasangan suami isteri Frank B & Lillian M Gilbreth berkutat pada manajemen yang berparadigma material dengan titik tolak pada kesejahteraan karyawan berbasis sistem upah diferensial, disiplin kerja, sistem bonus serta motivasi-motivasi lain dalam bentuk pemberian perumahan kepada para karyawan dan sejenisnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, konsep-konsep manajemen tersebut tak dapat juga secara maksimal meningkatkan produktifitas serta efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuannya, sehingga konsep-konsep manajemen mendapat perhatian serius dari para ahli dengan mengadakan penelitian-penelitian ilmiah sebagai syarat keilmuwan dalam merumuskan teori manajemen.

Dalam konsep manajemen ilmiah/klasik, paradigma yang berlaku adalah bahwa para pekerja ditempatkan pada posisi strata yang paling tidak menguntungkan dengan cara mengukur mereka dari variabel-variabel upah, bonus, waktu dan disiplin kerja yang sebenarnya dapat berjalan baik karena hal tersebut merupakan rutinitas yang berjalan berulang-ulang dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Sementara, sisi-sisi kemanusiaan para karyawan jarang mendapat tempat untuk didiskusikan sehingga perlakuan terhadap para karyawan tidak seimbang dari perspektif kemanusiaan.

Variable upah, bonus dan motivasi-mootivasi sejenis lainnya bukanlah berarti tidak penting, tapi variable tersebut merupakan hal yang sudah selesai dalam pengertian tak perlu diperdebatkan, dia merupakan variabel tetap yang mesti dimasukkan dalam konsep manajemen. Tetapi, jauh lebih penting dari itu adalah variabel yang bersifat hubungan kemanusiaan dengan memberikan apresiasi kepada para karyawan bersama-sama manajer membangun komitmen yang didasarkan pada pengukuran manusia yang tidak berbasis angka-angka saja.

Elton Mayo bahkan menemukan adanya motivasi yang tinggi dari perilaku manusiawi seorang manajer terhadap bawahannya dari pada variabel seperti upah, jam kerja, atau periode istirahat. Fenomena ini dia sebut denga istilah Hawthorne Effect.

Dari pandangan studi Hawthorne Effect ini kemudian muncul bidang studi baru, yakni Perilaku Organisasi yang mempelajari tentang individu dan organisasi. Dari sini pula Abraham Maslow mengembangkan teori perilaku organisasi tersebut sehingga muncul piramida kebutuhan atau hirarki kebutuhan Maslow.

Dalam konsep-konsep manajemen berparadigma kemanusiaan, faktor psikologis yang mengarah pada area spiritual telah menjadi perhatian tersendiri dalam rangka membangun komitmen antara karyawan dan manajer. Kerjasama yang baik antara karyawan dan manajer menjadi salah satu nilai tambah yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produktifitas serta efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuannya.