Jan 032015
 

Walaupun menurut riset bahwa Pakistan akan mengalahkan Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, dimana Pakistan diprediksi akan mencapai 256,1 juta jiwa jumlah penduduk muslimnya, dan Indonesia 238,8 juta jiwa, namun itu masih tetap tergolong besar. Lagi pula, prediksi itu berlaku untuk 20 tahun yang akan datang setelah riset dilakukan pada tahun 2011. Berarti angka tersebut akan dicapai kira-kira pada tahun 2030, demikian hasil riset asal Amerika, Pew Forum on Religion & Public Life. Salah satu alasan yang dikemukakan lembaga riset tersebut, karena terjadinya penurunan tingkat kelahiran di Indonesia.

Terlepas dari persoalan di luar bahasan dalam catatan kecil ini, sebagaimana saya tuliskan sebelumnya, bahwa, every moment is bussines. Ya… Setiap momen adalah bisnis, tapi hanya bagi orang-orang yang terbiasa berfikir positif dan gemar memberi solusi. Dan, nampaknya, tidak berlaku bagi orang-orang yang cenderung berfikir negatif, suka mengeluh dan selalu memiliki perspektif buruk dalam setiap penilaiannya terhadap sesuatu apa saja di luar dirinya.

Tak bisa kita pungkiri, keberadaan ummat Islam di Indonesia yang mayoritas, dilihat dari sudut pandang bisnis, sangat potensial dijadikan pasar oleh produsen produk apapun. Baik laki-laki maupun perempuan. Untuk perempuan, semua jenis produk yang digunakan oleh perempuan non muslim, umumnya digunakan juga oleh perempuan muslim. produk-produk yang digunakan oleh perempuan muslim, belum tentu digunakan oleh perempuan-perempuan non-muslim. Bukan hanya produk dalam bentuk barang, tetapi juga jasa.

Beberapa contoh sederhana adalah jilbab, mukena, kaus kaki, baju gamis, dan lain-lain. Ini hanya digunakan oleh perempuan muslim, sudah tentu tidak digunakan oleh perempuan non-muslim. Dalam bidang jasa juga demikian, perempuan muslim tidak akan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan yang diharuskan menyentuh secara fisik seperti urut, pijat refleksi, sekalipun masih banyak yang dengan rela melakukannya, tetapi kesadaran perempuan muslim semakin meningkat.

Kenapa contoh ini yang saya kemukakan? Karena peluang ini memang sangat menjanjikan, dan untuk bidang jasa refleksi, ternyata masih sangat sedikit yang menyediakan tempat untuk pijat refleksi khusus perempuan muslim. Jangankan perempuan, kaum laki-laki saja masih banyak yang enggan mendatangi tempat-tempat pijat refleksi karena imagenya masih negatif, hanya sedikit sekali tempat tertentu yang sudah sangat dikenal dan diketahui betul yang didatangi karena sudah yakin tempat tersebut benar-benar pijat refleksi murni.

Di Banda Aceh, anda tak perlu ragu untuk masuk ke ruang pijat refleksi, karena umumnya memang disediakan tempat khusus untuk perempuan yang terpisah dengan ruang laki-laki. Begitu juga pemijatnya, laki-laki dipijat oleh laki-laki, dan perempuan dipijat oleh perempuan. Pemisahan ini membuat pelanggan merasa nyaman dan benar-benar dapat menikmati pijat refleksi yang sesungguhnya.

Di daerah lain, seperti di Medan, beberapa kali saya menanyakan tempat pijat refleksi kepada teman-teman disana, mereka belum bisa menunjukkan tempat yang benar-benar khusus yang memisahkan tempat perempuan dan laki-laki.

Sebenarnya ini adalah peluang bisnis yang sangat baik sekali, bahkan semakin hari semakin dibutuhkan karena saat ini angkatan kerja sudah didominasi oleh kaum perempuan sebagai wanita karir. Mereka keluar rumah di pagi hari dan pulang di sore hari. Sampai di rumah, mereka kelelahan. Se-isi rumah kelelahan, konon lagi jika pulang dari tempat kerja di luar rumah ada persoalan yang terbawa hingga ke rumah, akan menjadi tambah runyam. Jika anda wanita karir dengan kondisi seperti ini, pijat refleksi adalah sarana yang sangat nikmat untuk menghilangkan lelah anda.

Bagi pebisnis, memanfaatkan perempuan muslim bukan sesuatu yang salah, anda mendapat dua keuntungan; laba usaha, dan berusaha menghargai wanita. 🙂

Baca juga:

D i s t r o