Sep 182015
 

Melakukan survei kecil-kecilan di kota Medan berkaitan dengan menguatnya nilai dolar terhadap beberapa bidang bisnis. Tugas survey ini dilakukan oleh tim kecil yang dibagi dalam 6 (enam) kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3 anggota. Setiap kelompok diberi tugas melakukan survey pada objek bisnis yang berbeda:

  1. Ibu Rumah Tangga
  2. Pedagang Besar
  3. Pedagang Kecil
  4. Rumah Makan/ Resto
  5. ….
  6. ….

Survey kecil ini hanya ingin menjawab dua pertanyaan:

  1. Apakah ada pengaruh menguatnya dolar (melemahnya rupiah) terhadap bisnis yang dijalankan?
  2. Apa tindakan yang dilakukan sebagai solusi mengatasi situasi tersebut (jika dampaknya negatif)?

Untuk catatan ini, hanya menginformasikan hasil yang dilakukan kelompok 4 (empat), yaitu Rumah makan dan Resto yang ada di Kota Medan dengan tidak menentukan jumlah objek yang disurvey. Dari survey tersebut dapat disimpulkan beberapa hal berkaitan dengan dua pertanyaan di atas sebagai berikut:

Tak dapat dihindari bahwa menguatnya nilai dolar terhadap mata uang asing, termasuk rupiah, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap geliat bisnis kuliner. hal ini disebabkan beberapa hal:

  1. Sebelum harga BBM naik, sebagian besar pebisnis kuliner telah menaikkan gahji pegawai mereka, namun dalam waktu tidak lama ternyata harga BBM nai, yang diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok yang digunakan sebagai bahan baku kuliner, sementara itu, tidak mungkin melakukan penurunan gaji.
  2. Sebagian bahan baku mengalami kenaikan harga pasca kenaikan BBM. Selain ada bahan baku yang komponennya dari bahan impor, seperti tempe, tahu, daging sapi, dll, kenaikan barang-barang lain yang tidak dari barang impor juga terjadi karena sebagai efek domino kenaikan BBM, seperti harga ikan, sayuran, dll.
  3. Menguatnya nilai dolar yang diikuti oleh melemahnya daya beli masyarakat sehingga menyebabkan berkurangnya omset penjualan pada restoran dan rumah makan, karena kecenderungan masyarakat berhemat.
  4. Fluktuasi harga bahan baku yang tidak stabil cenderung mengkhawatirkan karena kenaikan harga-harga berlangsung lama (inflasi).
  5. Kondisi ini dirasakan oleh hampir seluruh restoran dan rumah makan yang diinterview

Menghadap situasi ini, para pebisnis kuliner harus berfikir keras untuk tetap survive di tengah-tengah kesulitan ekonomi. Bisnis kuliner yang sifatnya dadakan dan tidak memilki manajemen yang baik ada yang gulung tikar. Sementara pebisnis yang memiliki manajemen yang rapi dan memiliki pasar sasaran yang tetap, mereka cenderung bertahan dengan mengubah strategi bisnis mereka pada hal-hal teknis operasional usaha serta pengelolaan manajemen keuangan yang lebih ketat dan terkontrol.

Beberpa upaya yang mereka lakukan sebagai solusi dalam menghadapi situasi ini diantaranya adalah:

  1. Memindahkan bebab/ biaya kepada konsumen. yaitu dengan menaikkan harga setiap produk hingga mencapai 20% sebagai konsekuensi tergerusnya keuntungan akibat dari kenaikan harga-harga bahan baku sehingga laba usaha tetap terjaga.
  2. Mengurangi biaya produksi/ manajemen. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan agar pelanggan tetap nyaman belanja di tempat mereka dengan tidak dibebani oleh kenaikan harga, tetapi manejemen harus melakukan pilihan-pilihan berikut:
  • Mengurani komposisi menu
  • mengurangi volume produksi
  • mengurangi takaran pada setiap menu
  • Mengurangi jenis menu yang ada, biasanya ada 20 menu, maka dikurangi menjadi 10 menu saja

Untuk dapat melakukan semua itu, para pebisnis kuliner melakukan upaya-upaya ekstra di luar kebiasaan dengan melakukan survei di beberapa tempat untuk melihat dan membandingkan harga bahan baku, bahkan tidak sedikit mereka yang memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk menanam sayur-sayuran dan sejenisnya secara mandiri demi menekan biaya produksi.

Walau banyak perubahan yang mereka lakukan, para pebisnis tetap berusaha untuk mempertahankan omzet dengan tidak mengorbankan kualitas produk yang bisa membuat pelanggan kecewa dan pindah ke tempat lain.

Tekanan ekonomi yang dirasakan para pebisnis, selain bahan baku, juga dampak dari kenaikan biaya listrik, gas, dan sewa tempat. Sedangkan dari sisi konsumen, mereka semakin ketat dan juga mengurangi jumlah konsumsi, seperti, biasanya mengkonsumsi sampai 3 macam menu, dengan situasi ini mereka menguranginya menjadi dua, bahkan satu menu saja. Hal ini sekaligus mengkonfirmasi bahwa memang benar daya beli masyarakat melemah.

Baca Juga: