Apr 122015
 

cincinHeboh dunia batu akik selama ini tidak terlepas dari bisnis turunannya, yaitu ring cincin yang banyak beredar hampir di setiap sudut kota. Batu akik kurang terlihat sempurna keindahannya jika tidak diikatkan ke jari tangan, dan untuk mengikat cincin dibutuhkan ring cincin yang bahannya selama ini kita kenal, sangat bervariasi, tetapi setidaknya ada 3 macam jenis bahan ring cincin yang sangat dicari, yaitu; Rhodium, Germanium, dan Titanium. Agar tidak sekedar menggunakan saja, ada baiknya kita mengenal sekilas tentang jenis logam ini:

Rhodium adalah sejenis logam yang langka, berwarna perak berkilau, tahan korosi/karat, dapat memantulkan cahaya, dan memiliki titik leleh yang sangat tinggi. Harganya bisa 10 kali lipat dari pada emas. Rhodium biasanya digunakan untuk mesin turbin pesawat yang dipadukan dengan platinum. Penghasil utama rhodiuk adalah Afrika Selatan mencapai 60% memasok kebutuhan rhodium di dunia.

Germanium adalah metaloid atau sejenis logam berkilau, keras dan berwarna abu-abu keputihan yang secara kimiawi unsurnya hampir sama dengan golongan timah dan silikon. Hanya saja, Germanium murni tergolong logam semikonduktor. Artinya sifat logamnya tidak menghantarkan arus, seperti arus listrik, dan arus panas. Tetapi pada suhu tertentu yang terlalu tinggi, Germanium dapat menghantarkan arus. Sementara Logam adalah bersifat konduktor, dapat menghantarkan arus panas dan arus listrik.

Titanium adalah logam transisi yang ringan, kuat, warnanya berkilau, tahan korosi (karat), bahkan tahan terhadap air laut. Kekuatan titanium sama dengan baja, tetapi beratnya hanya 60% dari baja. fatigue strength atau kekuatan lelahnya sangat tinggi, mampu menahan panas hingga 150 derajat. Titanium biasanya digunakan untuk peralatan perang militer seperti tank dan pesawat ruang angkasa, industri mesin-mesin berat, peralatan medis dll.

Nah… Cincin-cincin yang kita gunakan selama ini, bukanlah murni Titanium, rhodium ataupun germanium. Tetapi unsur-unsur kimiawinya digunakan sebagai penyepuh sehingga terkesan ring tersebut seperti Titanium, rhodium ataupun germanium.

Baca juga:

Feb 182015
 

kristalMasih seputar batu mulia. Beberapa minggu terakhir ini di sebagian sepanjang jalan Soekarno- Hatta, Lampeuneurut, persisnya di depan kantor MPU Aceh, setiap hari dari pagi hingga menjelang magrib ramai kerumunan manusia, tua muda, laki laki perempuan, miskin kaya, yang berjalan kaki dan bersepeda motor hingga bermobil mewah berburu batu mulia. Lokasi ini jadi pasar baru pasca booming batu mulia Aceh, barangkali, saking banyaknya persediaan batu di Aceh, khususnya Nagan dan Aceh Jaya, pasar pasar kejut bermunculan di hampir setiap sudut kota.

Yang menarik, di atas lapak lapak para pedagang batu ini ditumpahkan segala jeis dan bentuk batu batu mulia. Kebanyakan yang dijajakan disini adalah batu bongkahan, batu dalam bentuk aslinya yang sudah dipotong potong dalam berbagai ukuran, tetapi setiap potongan menyisakan kulit batu seperti aslinya agar pembeli yakin bahwa batu tersebut memang asli. Harganya? Waooww… Fantastis. Untuk jenis Cempaka ukuran setengah telapak tanan dewasa dengan ketebalan kira kira 3 sentimeter dibandrol dengan harga Rp. 400ribu. Jika beru tung, bisa dapat harga Rp. 350ribu. Jangan tanya jika anda selera sama batu giok super, dengan ukuranyang sama, akan dihargai puluhan juta. Saat ini Giok semakin sulit diperoleh, seperti halnya cempaka sirup, kalau ada, maka cempaka sirup mungkin akan dihargai seperti Giok.

Hal lain yang menarik di antara lapak lapak batu alam ini adalah batu yang berwarna keunguan, orang menyebutnya dengan Lavender, karena warnanya memang seperti warna bunga Lavender. Jika sudah diasah, bentuknya bening keunguan dengan motif yang sangat indah di agian dalamnya, secara kasat mata dapat dilihat dengan jelas. Disamping yang diasah, tersedia banyak bongkahan batunya yang belum diasah, masih utuh seperti saat diambil dari tempatnya.

Yang unik adalah bentuk batunya, pedagang batu ini mengatakan ini adalah kristal. Saya sempat termangu memandanginya, karena bentuk batu ini semuanya bersegi enam, ya, seperti bentuk piramida bersegi enam, baik bongkahan besar maupun bongkahan yang kecil, setiap tumpukan batu ini terdiri dari kumpulan bongkahan kecil dan besar yang semua setiap bongkahannya berbentuk piramida segi enam, tidak ada yang berbeda, persis seperti dicetak di pabrik.  Dan memang begitu bentuk batu kristal ini dari alamnya. Harga batu kristal ini pun fantastik, untuk ukuran sekepal tangan bayi dibuka harga Rp. 350ribu, sebesar kepalan tangan dewasa bisa mencapai 1,5 – 2juta.

Jika anda tertarik melihat-lihat keindahan batu hadiah dari Sang Pencipta ini, silahkan atang ke Banda Aceh. Dan… Jangan khawatir, di beberapa lapak lapak tersebut juga ada yang menjual batu seperti menjual kue, enam potong hanya Rp. 120ribu, ya, dua puluh riburupiah, ini adalahpecahan pe ahan kecil batu batu yang dipitong, walau terlihat banyak kulit, tetapi setiap potongnya bisa dapa satu atau dua cincn jadi. Dan saya sudah membeli barang yang eceran ini, cempaka madu, tetap cantik dan indah.

Selamat berbuu batu…

Baca Juga:

Bisnis Batu Akik Masih Booming

Jan 282015
 

akikDemam batu akik masih berlangsung, bahkan sudah merambah secara nasional. Harga batu akik tinggi, bahkan semakin baik trend-nya. Pasca pameran batu akik di Paladdium Mall, Medan, 22 – 25 Januari 2015 baru-baru ini, peminat batu akik semakin ramai, dalam waktu dekat pameran juga akan diselenggarakan di Jakarta dan Bandung.

Terlepas dari harga batu akik menurut variannya, bahwa harus diakui, secara umum harga batu akik hingga saat ini masih stabil dan bertahan, asaosiasi pecinta batu akik secara serempak di seluruh negeri bahu-membahu menaikkan posisi tawar batu mulia ini agar tetap memiliki pasar yang potensial. Jika bisnis batu akik ini bertahan lama dari segi harga dan pasar, akan sangat membantu perekonomian masyarakat di tanah air, karena terbukanya unit usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan penting sebagai upaya untuk menjaga keberadaan batu akik ini agar menjadi bisnis jangka panjang, tidak redup dengan tiba-tiba seperti halnya musim bunga anthurium beberapa waktu lalu, melejit sebentar dan jatuh tak berharga; (1) Memperkuat asosiasi pencinta batu akik sebagai wadah dan jalur komunikasi bisnis untuk memperkuat posisi tawar. (2) Menerbitkan sertifikat batu akik, seperti halnya sertifikat emas.

Dua hal ini diperlukan untuk menjamin keaslian dan asal-usul batu akik tersebut. Dengan adanya sertifikasi akan mejadikan harga batu relatif terjaga karena pasar akan berasumsi bahwa batu akik merupakan batu yang langka karena persediaannya terbatas dan memiliki nilai yang tinggi karena sifatnya. Selain itu, sertifikasi akan berdampak pada perluasan pasar batu Akik hingga keluar negeri, tetapi dalam bentuk barang jadi, bukan bahan mentah.

Berbagai informasi yang beredar saat ini bahwa, sebagian besar material bahan mentah batu mulia kualitas nomor wahid yang berada di daerah asalnya telah dibooking oleh warga asing untuk dibawa keluar, akses yang sama tidak dapat diperoleh oleh pebisnis lokal dikarenakan pebisnis batu mulia di tanah air kurang kompak dan cenderung bermain sendiri-sendiri. Untuk diketahui, dampak dari dibawanya batu batu ini keluar, stock di negeri sendiri menjadi menipis, bahkan bisa kosong, yang tersedia hanya batu kelas dua dan seterusnya. Batu yang dibawa keluar ini akan diolah menjadi barang jadi dalam bentuk perhiasan mewah dan dipasarkan kembali di tanah air dengan harga yang sangat tinggi. Gejala ini sudah disadari oleh pebisnis lokal, tetapi mereka belum melakukan upaya antisipasi secara terencana karena belum kuatnya asosiasi pebisnis batu dalam negeri. Atau secara individu memang ada yang secara diam-diam melakukan transaksi dengan warga luar karena mendapat keuntungan yang besar dari pada menjualnya kepada warga lokal.

Untuk lebih mudah menandai gejala ini, dapat kita lihat di pasar-pasar batu di daerah, beberapa batu kualitas nomor satu sudah mulai langka, karena sudah dipesan oleh ‘toke-toke’ agar tidak menjualnya di pasar lokal, mereka sudah memberikan harga yang lebih menggiurkan dibandingkan dijual kepada pebisnis lokal. Melihat fenomena ini, sangat diperlukan upaya penguatan asosiasi pebisnis batu dalam negeri agar kelak batu mulia tersebut tidak menjadi barang yang siklusnya ‘dari rakyat kepada toke dan untuk rakyat’, artinya, bahan mentah diambil dari rakyat diberikan kepada toke, dan dijual kembali kepada rakyat dalam bentuk barang jadi.

Baca juga :