Jan 122016
 

Pada saat ilmu pengetahuan bekerja keras melakukan penelitian untuk mengkonstruksi sebuah teori, asumsi-asumsi dasarnya dibangun dari hasil observasi dunia empirik. Pengamatan yang dilakukan mesti dirasakan oleh indrawi agar fakta-fakta yang diobservasi dapat dibuktikan dan dinyatakan empiris.

Jika kalangan positivisme berpegang pada prinsip ini, sementara kecanggihan teknologi secara terus-menerus menggiring dunia empirik ke arah maya yang suatu saat barangkali semua akan menjadi artifisial. Teknologi-nya memang tetap merupakan material yang secara empirik dapat diindrawi, dirasa dan diraba, tetapi nyaris semua bentuk-bentuk fisik material dalam dunia nyata ditransformasikan oleh teknologi menjadi sesuatu yang maya, artivisial, virtual dan abstrak, dapat dirasa, tetap tak dapat diraba secara fisik, kecuali teknologi itu sendiri. Dunia realitas yang mulai hilang.

Realitas memang sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Tetapi penggiringan dunia realitas yang bersifat fisik menuju realitas non-fisik akan sangat mendorong terciptanya dunia hiperrealitas, sebuah dunia yang menunggangi realitas fisik.

Transformasi dunia realitas (baca : fisik) menuju hiperrealitas ini akan terus berlangsung sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang menghasilkan teori-teori baru dalam segala bidang, dan teknologi merupakan hasil nyata dari ilmu pengetahuan yang mengaplikasikan diri sebagai agen transformasi dari dunia realitas menuju dunia hiperrealitas.

Lihat realitas fisik dalam lingkungan kecil kita; main bola tidak perlu lagi di lapangan, cukup di layar komputer, begitu juga kegiatan berpacu kuda, balap mobil, balap motor, bisa dilakukan di dunia maya; dokumen-dokumen, buku-buku mulai beralih ke digital; lemari, ruang kelas, rumah dan tempat-tempat penyimpanan dokumen yang biasanya berbentuk gudang secara fisik di kantor-kantor beralih ke dunia maya menggunakan ruang virtual, hosting, yang disewakan layaknya sewa ruangan dan rumah di dunia nyata.

Realitas fisik yang hanya sedikit disebutkan di atas melibatkan banyak peralatan dan perlengkapan yang sejatinya berbentuk fisik yang dapat dirasa dan diraba, dan merupakan barang-barang yang dapat diperjualbelikan secara massal dengan sebaran pasar yang sangat luas dan juga dinikmati secara ekonomis oleh kalangan dimanapun bahan-bahan barang tersebut tersedia, saat ini semua telah ditunggangi oleh dunia hiperrealitas.

Singkatnya, teknologi telah benar-benar menggantikan peran kearifan lokal manusia di dunia nyata dan menggantikannya dengan sesuatu yang “tidak nyata”. Benar pesan yang kita terima selama ini, dunia ini fana, secara fisik habis dengan sendirinya, jejaknya tersimpan dalam memori virtual dunia maya.