Orang tidak percaya kalau anda sudah pernah menginjakkan kaki di Banda Aceh, jika tidak anda buktikan dengan selembar photo berlatar belakang Masjid Raya Baiturrahman. Itu dulu, orde pra tsunami. Sekarang? Tidak lagi ada pertanyaan apakah anda sudah berpose di halaman masjid termegah di Asia Tenggara itu. Pasca tsunami, branding Aceh sudah bergeser dari menara kubah masjid raya ke kafe-kafe tempat santai para kawula muda bahkan generasi tua, Kopi.
sepulang anda bermusafir dari Aceh, maka orang akan senang mendengar cerita anda menghabiskan waktu di kafe-kafe yang berjejer di sepanjang jalan di kota Banda Aceh dengan kopi khas Ulee Kareng dan Gayo-nya, serta yang tak akan anda lewatkan, spesial menu, Mie Aceh. Anda akan kesulitan menceritakan kenikmatan dua menu istimewa ini, mungkin, kalimat yang cocok dan singkat adalah, datang aja ke Aceh.
Branding Kopi Aceh dan Gayo sudah tertancap baik dibenak khalayak berkat jasa-jasa para relawan tsunami 10 tahun lalu. Mereka datang ke Aceh membawa cinta, dan pulang membawa cerita, cerita tentang gesitnya para barista mengayunkan saring kopi, dan menuangkan ke dalam gelas mungil dengan dosis yang terukur untuk cita rasa kopi yang benar-benar khas Aceh.
Bu Susi, sang Menteri kita yang nyentrik itu, boleh saja protes dan sarankan, agar masyarakat cukup 1-2 jam saja di warung kopi, tapi jika anda sudah duduk kongkow dengan teman, di meja sudah terhidang kopi dan mie, maka jangan salahkan hari jika dia cepat sembunyi, jangan protes malam yang tiba-tiba datang. Apalagi kalau anda membawa gadget, laptop dan smartphone, maka anda akan semakin dimanja dengan fasilitas free WiFi 24 jam. Kebutuhan dan keperluan kerja kantor anda tetap bisa diselesaikan di kafe. Begitu ‘teganya’ pebisnis kafe ini memperlakukan anda 🙂
Duduk di kafe, di Aceh, seperti anda masuk supermarket urusan serba perut, one stop service, tinggal melambaikan tangan ke arah barista, maka semua menu dapat anda pesan: kopi, mie, telor puding, nasi goreng, nasi bebek, segala jenis minuman, martabak telor, bermacam snack, nasi gurih, lontong… Dan buanyaaakk lagi yang lainnya. Bagi penggemar bola, di setiap kafe tersedia layar lebar yang menayangkan langsung siaran bola live dari tivi berlangganan. Anda semakin betah dan malas pulang. Tentu saja, di setiap kafe menyediakan mushalla.
Di kafe kafe inilah para pecinta kopi memulai segalanya. Menyelesaikan masalah kantor, transaksi bisnis, membawa tamu-tamu yang berkunjung ke Aceh, curhat, atau hanya duduk saja untuk menghilangkan stress. Dengan modal 4ribu rupiah untuk segelas kopi, anda boleh duduk sampai pagi, tak akan ada yang mengusir anda, kecuali jika memang kafenya tutup.
Tapi, kafe di Aceh bukanlah seburuk yang dikhawatirkan orang. Banyak hal yang hanya bisa kita peroleh saat kita benar benar menikmatinya, tergantung anda.
Baca juga: