Jan 282015
 

akikDemam batu akik masih berlangsung, bahkan sudah merambah secara nasional. Harga batu akik tinggi, bahkan semakin baik trend-nya. Pasca pameran batu akik di Paladdium Mall, Medan, 22 – 25 Januari 2015 baru-baru ini, peminat batu akik semakin ramai, dalam waktu dekat pameran juga akan diselenggarakan di Jakarta dan Bandung.

Terlepas dari harga batu akik menurut variannya, bahwa harus diakui, secara umum harga batu akik hingga saat ini masih stabil dan bertahan, asaosiasi pecinta batu akik secara serempak di seluruh negeri bahu-membahu menaikkan posisi tawar batu mulia ini agar tetap memiliki pasar yang potensial. Jika bisnis batu akik ini bertahan lama dari segi harga dan pasar, akan sangat membantu perekonomian masyarakat di tanah air, karena terbukanya unit usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan penting sebagai upaya untuk menjaga keberadaan batu akik ini agar menjadi bisnis jangka panjang, tidak redup dengan tiba-tiba seperti halnya musim bunga anthurium beberapa waktu lalu, melejit sebentar dan jatuh tak berharga; (1) Memperkuat asosiasi pencinta batu akik sebagai wadah dan jalur komunikasi bisnis untuk memperkuat posisi tawar. (2) Menerbitkan sertifikat batu akik, seperti halnya sertifikat emas.

Dua hal ini diperlukan untuk menjamin keaslian dan asal-usul batu akik tersebut. Dengan adanya sertifikasi akan mejadikan harga batu relatif terjaga karena pasar akan berasumsi bahwa batu akik merupakan batu yang langka karena persediaannya terbatas dan memiliki nilai yang tinggi karena sifatnya. Selain itu, sertifikasi akan berdampak pada perluasan pasar batu Akik hingga keluar negeri, tetapi dalam bentuk barang jadi, bukan bahan mentah.

Berbagai informasi yang beredar saat ini bahwa, sebagian besar material bahan mentah batu mulia kualitas nomor wahid yang berada di daerah asalnya telah dibooking oleh warga asing untuk dibawa keluar, akses yang sama tidak dapat diperoleh oleh pebisnis lokal dikarenakan pebisnis batu mulia di tanah air kurang kompak dan cenderung bermain sendiri-sendiri. Untuk diketahui, dampak dari dibawanya batu batu ini keluar, stock di negeri sendiri menjadi menipis, bahkan bisa kosong, yang tersedia hanya batu kelas dua dan seterusnya. Batu yang dibawa keluar ini akan diolah menjadi barang jadi dalam bentuk perhiasan mewah dan dipasarkan kembali di tanah air dengan harga yang sangat tinggi. Gejala ini sudah disadari oleh pebisnis lokal, tetapi mereka belum melakukan upaya antisipasi secara terencana karena belum kuatnya asosiasi pebisnis batu dalam negeri. Atau secara individu memang ada yang secara diam-diam melakukan transaksi dengan warga luar karena mendapat keuntungan yang besar dari pada menjualnya kepada warga lokal.

Untuk lebih mudah menandai gejala ini, dapat kita lihat di pasar-pasar batu di daerah, beberapa batu kualitas nomor satu sudah mulai langka, karena sudah dipesan oleh ‘toke-toke’ agar tidak menjualnya di pasar lokal, mereka sudah memberikan harga yang lebih menggiurkan dibandingkan dijual kepada pebisnis lokal. Melihat fenomena ini, sangat diperlukan upaya penguatan asosiasi pebisnis batu dalam negeri agar kelak batu mulia tersebut tidak menjadi barang yang siklusnya ‘dari rakyat kepada toke dan untuk rakyat’, artinya, bahan mentah diambil dari rakyat diberikan kepada toke, dan dijual kembali kepada rakyat dalam bentuk barang jadi.

Baca juga :

 Leave a Reply

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

(required)

(required)