Baru beberapa waktu lalu saya membuat catatan tentang perjalanan saya ke Surabaya dan Malang yang luar biasa. Luar biasa dalam kaitannya dengan dampak ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh kehadiran para peserta PIT 7 IDAI dan Kemnas SIT Nusantara plus beberapa negara Asean dengan jumlah total pengunjung dalam satu minggu tersebut mencapai 12ribuan dan menebarkan uang sekira hampir 20milyaran.
Dengan rasa senang kita patut mengapresiasi pihak Unsyiah yang ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional ke 14. Selain dapat dijadikan sebagai ajang mengasah keterampilan atlit-atlit muda yang potensial, hal lain yang menjadi perhatian kita tentu saja karena even ini akan berdampak secara nyata pada ekonomi masyarakat di Banda Aceh.
Menurut data yang disiarkan oleh salah satu radio di Banda Aceh, perhelatan Pomnas XIV di Banda Aceh ini menghadirkan lebih kurang 2.400 peserta dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang hadir, ditambah dengan 280 orang pihak official. Mungkin saja dari sebagian peserta atau official ada yang membawa keluarga mereka ke Banda Aceh. Welcome to Banda Aceh, saya berani katakan bahwa para pengunjung tidak akan kecewa melihat kota Banda Aceh; Bersih, Nyaman dan Aman. Kita berharap warga Banda Aceh mampu menunjukkan sikap ramah untuk mencerminkan bahwa Aceh, setidaknya Kota Banda Aceh dapat menjadi rujukan kota bersih dan ramah terhadap siapapun yang datang dengan harapan para pengunjung bisa menjadi perpanjangan tangan dan penyambung lidah guna mempromosikan Aceh sebagai kota yang layak dan wajib dikunjungi.
Untuk kalkuliasi sederhana perputaran uang di ajang nasional ini, tentu tidak perlu lagi saya uraikan disini, lebih kurang sama dengan catatan saya yang lalu mengenai Ekonomi Aceh vs Jawa Timur. Hanya beda kuantitasnya saja. Untuk upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak agar ajang ini dapat dilaksanakan di Banda Aceh, kita harus ucapkan banyak terimakasih.
Promosi visit Aceh Years selama ini menjadi fokus pemerintah dalam rangka ikutĀ mendongkrak perekonomian masyarakat dan memancing pihak investor untuk melirik Aceh sbagai salah satu daerah yang menjanjikan bagi investasi mereka. Konon lagi jika pihak pemerintah secara konsisten dapat menjaga situasi Aceh terus aman dan damai, sikap dan perilaku para elit pemerintah dan politisi, serta masyarakat secara umum, dapat dipastikan persepsi masyarakat luar terhadap Aceh akan menjadi sangat positif. Ini akan berdampak sangat besar bagi Aceh secara keseluruhan.
Berkaitan dengan konsistensi dan kesadaran pihak pemerintah dan para akademisi, secara langsung saya mendengar seremonial pembukaan Pomnas XIV ini melalui radio. Mulai dari sambutan panitia, rektor Unsyiah sebagai tuan rumah kampus, gubernur sebagai tuan rumah provinsi, dan juga sambutan Menristek yang tidak ada istimewanya sama sekali. Saya menilai datar dan tidak ada bobot yang mengarahkan pada konsistensi dan kesadaran bersama tentang pentingnya secara berulang-ulang meyakinkan tentang Aceh yang layak dikunjungi. Sambutan-sambutan yang dibawakan Rektor dan Gubernur, sedikitpun tidak menyinggung visi tentang Aceh damai, aman dan nyaman, kalimat-demi kalimat seluruhnya normatif. Bahkan gubernur dan menteri memiliki inti pembicaraan yang sama; mengharapkan muncul atlit-atlit nasional yang handal dan membanggakan negara di mata dunia, hanya itu inti pokoknya, selebihnya setengah pembiacaraan panjang lebar untuk penghormatan kepada sipolan dan sipulin.
Saya menunggu-nunggu, setidaknya seperti pak de Karwo katakan dalam sambutannya pada acara Pertemuan Ilmiah Tahunan di Surabaya. Beliau mampu secara lisan menyampaikan potensi-potensi alam dari seluruh penjuru angin Jawa Timur, ada apa disana, bagaimana cara menempuhnya, dan memberikan jaminan kepada pengunjunga tentang keramahan warga setempat dimanapun kita berada di wilayah hukum Jawa Timur. Semua kalimat-kalimat ini diberi intonasi khusus dengan gaya seloroh dan serius. Saya melihat respon perserta saat itu sungguh berbeda, langsung terdengar bisik-bisik dari peserta mengenai rencana mereka ke tempat-tempat yang disebutkan oleh pak de Karwo. Dia mengenal betul potensi yang ada di wilayahnya, dan tauu persis teknis menuju ke tempat tersebut. Dalam hati saya berguman, pak de Karwo memiliki visi yang besar untuk membangun karena dia tahu dan faham sumber daya alam dan demografi masyarakatnya. Semua ini dimaksudkan untuk ‘merayu’ para peserta agar mau melakukan perjalanan ke tempat-tempat tersebut dan mengharapkan dampak kunjungan tersebut bagi pergerakan ekonomi masayakat setempat.
Dan, itu tidak dilakukan oleh Rektor Unsyiah dan Gubernur Aceh pada sambutannya. Saya beranggapan bahwa membangun daerah tidak cukup dengan janji, tetapi harus mampu memahami benar sumber daya yang dimiliki dan mampu menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana serta dibuktikan dengan tindakan-tindakan yang nyata, sekalipun dalam bentuk perilaku yang kecil melalui ucapan-ucapan yang menggambarkan visi besar seorang pemimpin.
Selamat jalan jalan peserta POMNAS XIV. Sebaiknya luangkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat indah di Aceh…
Baca Juga: