Mengapa Tiket Pesawat Murah?

2014-12-16_19.14.30Tiket Pesawat Murah, lebih murah dari pada tiket bus. Benarkah? Padahal biaya operasional pesawat tinggi, tapi kok bisa beroperasi dengan tarif tiket yang sangat murah meriah? Benar, bukan hanya murah, bahkan ada penerbangan yang memberikan tiket gratis untuk waktu dan tujuan tertentu. Dari Medan – Kuala Lumpur cukup anda bayar 199.000, ya, Seratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Rupiah. Angka yang sangat fantastis untuk tarif pesawat dengan tujuan luar negeri.

Perusahaan-perusahaan modern saat ini bersaing ketat mendekatkan diri di sisi konsumen. Berbagai upaya dilakukan untuk memberikan pelayanan yang menyenangkan dan harga yang terjangkau. Intinya, mereka berlomba menerbangkan masyarakat dari seluruh lapisan. Ini semua mereka deskripsikan pada tagline-tagline mereka; Your flying partner, We make people fly, Now eveyone can fly.

Bagaimana mereka menekan biaya? Tidak, mereka bukan menekan biaya, tapi memindahkan biaya dari produsen ke konsumen. Biaya yang selama ini menjadi beban perusahaan dipindahkan ke konsumen, konsumen yng menanggung semuanya, bukan lagi perusahaan, sehingga perusahaan bisa menurunkan harga tiket pada tingkat yang tidak masuk akal.

Lion memiliki lebih kurang 400-an armada, dan armada ini terbang setiap hari, setiap hari rata-rata tiga kali penerbangan. Jika kita asumsikan setiap pesawat berpenumpang 125 penumpang, maka total penumpang seluruhnya adalah 48.000 penumpang, jika setiap hari terbang tiga kali, berarti akan ada 144.000 kali terbang, kemudian masing masing pesawat terbang pulang-pergi, artinya, 144.000 x 2 = 288.000 kali terbang.

Karena variasi harga yang berbeda pada setiap rute, kita anggap saja rata-rata tarif tiket Rp. 500.000, ini angka rata-rata yang pesimis. Maka dengan 288.000 kali terbang x 500.000, diperoleh angka Rp. 144.000.000.000 (Seratus Empat Puluh Empat Milyar Rupiah). Fantastic, 144 milyar itu pemasukan satu hari, 1 bulan? Rp, 4,3 triliun. Setahun? Waaowww….

Oke… itu artinya, perusahaan harus menyediakan tiket untuk 288.000 eksemplar. Kira-kira berapa harga tiket per eksemplar? 3.000? 2.000? 1.000? Katakanlah Rp.500,- x 288.000 = 144.000.000. Berarti satu bulan Rp. 4.320.000.000. Dari sudut pandang pengeluaran, 4,3 milyar adalah besar, sementara perusahaan modern terus membenahi diri untuk bisa meningkatkan laba. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan prinsip efektifitas dan efisiensi.

Keberadaan teknologi informasi sangat memungkinkan memindahkan biaya dari produsen ke konsumen. Yaitu melalui penjualan tiket secara online.

Coba anda bayangkan lagi, saat anda memesan tiket pesawat, semua proses anda lakukan secara mandiri, memesan, booking, issue, hingga print out tiket, itu tidak gratis, anda harus online untuk bisa mengakses semua itu melalui jaringan internet. Anda harus mengeluarkan biaya rental warnet, atau isi pulsa jika menggunakan modem, atau anda harus berlangganan paket internet jika akses melalui smart phone dan gadget sejenisnya, saat anda print out tiket, itu juga tidak gratis, anda butuh kertas, tinta printer, ata ke rental. Semua berbayar.

Mestinya biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan, tetapi, sekarang anda ‘mensubsidi perusahaan’ dengan rela. Sementara, perusahaan tidak lagi mencetak tiket untuk anda, mereka memperoleh marjin 4,3 milyar per bulan daripemindahan biaya cetak tiket kepada anda…  So, what… Jangan sewot. Lagi-lagi, inilah bedanya pedagang dan pengusaha… 🙂

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *