Awal-awal heboh Batu Giok Aceh di pertengahan tahun 2014 lalu, banyak teman-teman yang menawarkan batu tersebut kepada saya untuk dipasarkan. Dengan susah payah teman-teman saya meyakinkan bahwa Batu Giok Aceh akan mendapat perhatian masyarakat Indonesia. Sebagai orang awam terhadap batu, saya meresponnya biasa saja, tidak begitu tampak prestise dan prestisius, apalagi ‘bernafsu’ untuk berbisnis batu mulia tersebut.
Teman-teman di Facebook setiap hari terus menerus meng-upload gambar-gambar batu dari berbagai jenis yang berasal dari Nagan Raya, Indogcrase, cempaka, neprid, dan banyak jenis dan nama batu yang asing di telinga saya. bahkan beberapa teman meminta izin men-tag nama saya untuk sekedar menyampaikan informasi tentang batu-batuan ‘aneh’ ini, sebagai teman, saya tidak keberatan, lagi pula, pikir saya, jika memang batu ini bisa membantu membuka peluang kerja di masyarakat, tentu menjadi hal yang sangat baik bagi perubahan ekonomi masayarakat di Aceh.
Suatu waktu, karena memang kebetulan, saya bertemu dengan teman lama di sebuah coffee di Medan, Tarmizi Nagan. Dengan semangat 45 dia memberikan informasi yang sangat banyak tentang batu alam dari Nagan, dan, saat itu, batu Nagan belum naik daun, sehingga untuk 1 kg giok, Tarmizi menawarkan kepada saya hanya seharga Rp. 1,5 juta, dengan asumsi, bongkahan batu tersebut akan bisa dijadikan cincin jadi sebanyak 10 – 15 butir, tergantung cara menggosoknya. Tapi saya mengulur waktu karena belum paham benar seluk-beluk batu, dan sama sekali tidak tertarik, hingga akhirnya saya kembali ke Banda Aceh saat pulang liburan, terkena sedikit virus batu mulia Aceh, ceritanya dapat dibaca di artikel ini;
Sekarang Batu Aceh sudah naik Daun, harga Indocrase dibuka mencapai 20-25juta per kilogram-nya. Dalam waktu dekat Batu Mulia asal Aceh akan mendampingi batu-batu mulia dari wilayah lainnya, berkompetisi di ajang Pameran Batu Mulia Terbesar di pusat perbelanjaan Grand Paladdium Medan. Batu-batu yang sudah malang melintang di dunia pecinta batu mulia diantaranya; Bacan jenis Palamea Super dari Ternate, Maluku Utara, Batu jenis Pucuk Pisang, Kumbang, dan Sayur yang terkenal dengan warna hijau mudanya dari Dalmasraya, Sumatera Barat, batu akik Pancawarna dan akik hijau dari Garut, Jawa Barat, Batu Akik Anggur, Batu Akik Anggur Spiritus Biru Langit Kristal Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Dan banyak lagi jenis bebatuan yang diperkirakan mencapai ribuan jenis yang didatangkan dari dalam dan luar negeri
Aceh tentu saja akan masuk sebagai pemain baru dengan andalan giok-nya. Oleh karena itu, Aceh juga akan mendapat kesempatan menjadi tuan rumah pameran batu mulia. Medan, sebagai kota metropolitan dengan putaran ekonomi yang tinggi dan berskala nasional bahkan internasional memiliki kesempatan yang sangat besar sebagai mediator perputaran batu mulia di tanah air. Sumatera Utara belum menjadi penghasil batu, hanya sebagai even organizer. Seperti biasa, barang apapun yang muncul dari daerah mana pun, Medan selalu menjadi motor penggerak pasarnya. Aceh boleh punya Giok, Tapi Medan yang punya peran.
Bagi pencinta batu mulia, bisa melihat langsung pameran yang akan dihadiri lebih kurang 150 pedagang batu mulia dari seluruh tanah air, bukan hanya batu mulia, di Paladdium juga akan dipamerkan intan dan berlian. Pameran ini sekaligus ingin merintis jalan untuk menjadikan Grand Paladdium sebagai pusat bisnis batu alam terbesar kedua di tanah air setelah Central Batu terbesar di Asia, yaitu, Pasar Rawa Bening Jati Negara, Jakarta Timur.
Selamat datang pencinta batu mulia se-tanah air di Grand Paladdium, Jalan Kapten Maulana Lubis Medan, 22 hingga 25 Januari 2015.
baca juga:
- Kualitas Asah Batu di Aceh
- Bunga dan Akik Yang Tumbuh Layu
- Mengenal Tingkatan Kualitas Batu Akik
- Sertifikasi Batu Akik