Nov 252015
 

IMG_20151123_101122Menyambung cerita tentang Fakultas Kopi di catatan lalu. Kafe berkonsep Akademis ini bukan cuma sekedar membubuhkan namanya dengan sebutan fakultas, tetapi ada proses yang substansinya sama dengan belajar-mengajar dalam kelas layaknya mahasiswa kuliah, hanya beda metode belajar-mengajarnya saja.

Dalam kelas fakultas kopi banyak ditempel poster-poster yang tidak lazim dilakukan pebisnis kafe pada umumnya karena menyangkut rahasia dapur bisnis dan menjaga duplikasi oleh pesaing. tetapi ini tidak berlaku di Fakultas Kopi. Selain psoter-poster daftar dan gambar menu, di kelas fakultas kopi juga ditempel tentang proses bagaimana kopi yang diminum di kelas ini diolah sejak dari kebun kopi, poster-poster ini bergambar disertai penjelasan teknisnya.

Salah satu contoh, di bagian kanan ruang kelas ada pembelajaran mengenai proses Pemetikan (picking) kopi dan dituliskan keterangan dimana proses itu dilakukan dan apa jenis kopinya. Kemudian tahap selanjutnya adalah Pengupasan (pulping), yaitu kagiatan pengupasan biji kopi yang dilakukan maksimal 8 jam setelah pemetikan menggunakan mesin khusus pengupas. Proses selanjutnya dilakukan Fermentasi, yaitu kopi yang sudah dipulping didiamkan selama 18-40 jam, kemudian dicuci sampai bagian yang berlendir hilang atau bersih. Setelah dipastikan lendirnya hilang dan kopi jadi bersih, baru kemudian kopi tersebut dijemur tetapi tidak terkena sinar matahari secara langsung selama 5-8 hari sampai kandungan airnya tersisa hanya sekitar 10-12%, proses ini disebut dengan Pengeringan (drying).

Tidak hanya sampai disitu, pembelajaran dalam kelas Fakultas kopi juga menyajikan meteri bagaimana cara melakukan sangrai (rosting) dengan menggunakan mesin dan tenaga profesional yang tersertifikat dunia… Hebat bukan? Untuk melakukan rosting bukan cuma mengandalkan mesin, tetapi tenaga ahli yang bersertifikat internasional…  :-)

Di bagian lain, ada materi kuliah Metode Penyeduhan Kopi yang ditampilkan dengan gambar peralatan penyeduhan dan keterangan alatnya sekaligus komposisi yang diracik dalam produk kopi di fakultas kopi. Misalnya konsep pembuatan espresso. Espresso adalah minuman yang disajikan secara cepat dengan memberikan air panas dan tekanan yang tinggi pada sekupulan bubuk kopi. Sekumpulan bubuk kopi setara dengan 7-9 gram.

Espresso terbagi dalam beberapa jenis; Americano adalah kategori espresso dengan komposisi setengah Hot water dan setengah espresso. Untuk jenis Cappucino dicampur sepertiga gelas espresso, sepertiga Steamed Milk, dan sepertiga foamed Milk, jenis kopi ini memang cenderung terasa hambar, tetapi sangat bermanfaat bagi pelanggan yang menginginkan low fat. Dan untuk menciptakan espresso Latte dikombinasikan sepertiga espresso, dua pertiga Steamed Milk, sisanya  Foamed Milk. Untuk semua ukuran tiga jenis minuman ini adalah 120 mg dalam secangkir.

Nah.. Masing-masing jenis kopi ini memiliki nilai SKS yang berbeda. Dan itu dapat dilihat dalam daftar SKSnya, anda tinggal mengkalikan jumlah SKS dan harga per SKS jika ingin menikmati setiap jenis kopi. Selain minuman, fakultas kopi juga menyediakan makananan khas dengan sebutan Nasi Perang, harganya 1 SKS. Di setiap produk yang dipajang memiliki kata-kata yang bersemangat untuk memberikan dorongan adrenalin kepada pelanggan. Salah satunya, “Indomie + Kopi, bagaikan sahabat sejati kebanggan negeri.

Bagaimana dengan buku-buku bacaan yang identik dengan lingkungan akademis? Di kelas fakultas kopi tersedia rak dan lemari-lemari berukuran sedang dan berkapasitas masing-masing kira-kira 10-20 buku yang menempel di tiang dan sebagian dinding-dinding kelas. Lemari dan rak tersebut berisi buku dan majalah-majalah yang bervariasi, namun untuk saat ini karena usia fakultas kopi masih baru, koleksi buku-bukunya belum banyak, bahkan baru satu rak yang terisi beberapa majalah. Sementara rak lemari lain masih kosong.

Baca Juga :

Nov 222015
 

kopiPersaingan bisnis menjadikan orang semakin kreatif, apalagi bisnis-bisnis yang produknya hanya mengharapkan pasar lokal. Kalau bisnis yang berorientasi pada pasar global, kreatifitas terletak pada bagaimana pebisnis memanfaatkan teknologi informasi untuk menyampaikan produknya ke berbagai belahan dunia ini, bagaimana pebisnis melakukan kerjasama kemitraan dengan distributor dan kerjasama dengan pihak ekspedisi sebagai jaminan barangnya sampai tepat waktu, atau paling tidak, tidak terlalu lama terlambat sampai di tempat.

Bahkan konsumen tidak terlalu peduli pada teori-teori bauran pemasaran yang diterapkan oleh pebisnis global market oriented ini, karena mereka hanya ingin diyakinkan bahwa barang berkualitas dan benar-benar sampai pada konsumen sesuai spek yang diminta.

Berbeda dengan bisnis yang berorientasi pasar lokal, kreatifitas menjadi hal yang paling penting dan utama karena pasar yang disasar diperebutkan oleh banyak pemain dengan produk yang sama dan konsumen yang juga sama. Bahkan mungkin pertumbuhan produsen (pemain) dengan produk yang sama melebihi pertumbuhan konsumen. Dalam kurun waktu tertentu, kondisi ini akan berdampak pada fenomena yang disebut pasar jenuh. Pasar jenuh merujuk pada kelesuan bisnis di suatu tempat dikarenakan tingginya pemain bisnis masuk pasar sementara pasar sasaran statis, konsumennya hanya itu-itu saja. Mau tidak mau, harus berbagi pasar, dan profit tentu saja sulit untuk meningkat, akhirnya pebisnis hanya melakukan aktifitas bisnis untuk mempertahankan pasarnya sampai mampu mencapai Break Even Point, setelah itu baru dipertimbangkan, tutup atau lanjut.

Kreatifitas yang benar-benar kreatif, tidak mengeluarkan modal tambahan yang besar, karena dalam konteks bisnis dengan orientasi pasar lokal kreatifitas adalah ide, ide untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari pesaing. Bisnis model ini mestinya dimiliki oleh pebisnis-pebisnis di bidang kuliner dan kafe. Bisnis kuliner adalah bisnis yang berorientasi pada pasar lokal, jika pun ada bisnis kuliner yang berorientasi pasar global, dalam pengertian dapat menjangkau pasar di luar daerah, ini masih sangat langka, sebagai contoh Gudeg. Tetapi tidak semudah yang dibayangkan, jika sejenis gudeg bisa dikirim keluar daerah, maka citra rasanya akan berubah, atau setidaknya menggunakan bahan pengawet untuk menjamin saat gudeg sampai di tempat, masih aman untuk dikonsumsi.

Ide kreatif bisa untuk konsep produknya (tangible) dan kreatifitas dalam menciptakan suasana atau pelayanan (intangible). Beberapa ide kreatif dapat  ditelusuri di mesin pencari Google tentang konsep kuliner. Seperti di Xining South Road, Lane 50, Wanhua District, Taipe, Thailand ada kuliner dengan konsep “Modern Toilet Restaurant”, semua fasilitas dan peralatan yang digunakan memang berbentuk barang-barang yang ada di kamar mandi dan toilet. Tempat duduknya berbentuk toilet duduk, mangkuk tempat minum berbentuk toilet. Meja makannya berbentuk wastafel. Semua serba toilet..

Di Jogya ada restauran berkonsep penjara. Ruangannya disetting terlihat seram dengan jeruji besi khas penjara. Pelayannya menggunakan pakaian narapinada, dan mereka akan menyodorkan koran-koran lama yang terlihat suram. Koran-koran tersebut adalah daftar menu. Konsep ini terinspirasi dari situasi penjara di Taiwan (mungkin pemiiknya pernah mendekam disana ya.. :-)

Lagi, di Thailand ada restoran dengan konsep “Cabbage & Condoms Restaurant”. Ornamen yang terdapat di dalam resto ini semua terbuat kondom, termasuk topi yang dipakai para pelayannya juga menggunakan kondom. Mengenai filosopinya, silahkan digoogle :-)

Tampaknya, ide-ide tentang konsep bisnis yang unik-unik bahkan terkesan menjijikkan banyak terinspirasi dari negeri Gajah Putih itu. Di Indonesia, konsep-konsep unik juga banyak, tetapi belum sampai pada hal yang ekstrim-ekstrim seperti di Thailand.

Di sepanjang  Jl. DR. mansyur Medan merupakan area bisnis kuliner yang sangat pesat di akhir-akhir ini, dari pangkal hingga ke ujung Dr. mansyur berjejer jenis kuliner mulai dari wakop, fastfood, kafe, warung makan modern dan tradisional, Empek-empek, Mie Aceh dan banyak lagi lainnya. Yang baling banyak adalah kafe dengan konsep yang berbeda-beda. Kopi Ong mengusung konsep kopi yang digiling langsung saat di pesan, dan memiliki produk unik, yaitu kopi yang sudah disimpan selama tiga tahun lebih, anda akan menunggu lebih lama untuk dihidangkan kopi dibanding kafe-kafe lain karena kopinya harus digiling setelah ada order dari pelanggan. Musik yang diputar di kafe ini pun khusus musik klasik, mereka tidak akan memutar musik rock heavy metal. Kopi Ong memberikan kenyamanan bagi pelanggannya untuk menikmati kopi dengan rasa tenang dibawah lantunan musik klasik…

Kopi Ulee Kareng dan Gayo II mengandalkan konsep kopi saring ala Aceh dengan pelayanan standar dan ‘Ulee kareng’ sebagai merk yang dijual ke pelanggan. Selain itu, banyak berjejer kafe-kafe dengan suguhan musik-musik keras yang didatangkan dari anak-anak band di kota Medan, bagi anda yang suka berheavy metal, cocok berkunjung ke kafe-kafe model ini.

Jadwal Kuliah FKYang terbaru, kafe berbasis konsep kampus, nama kafenya pun sangat akrab dengan suasana mahasiswa, Fakultas Kopi. Fakultas kopi memiliki produk-produk yang disesuaikan dengan istilah perkampusan, seperti jadwal buka dan tutup disebut Jadwal kuliah. Jadwal Kuliah dimulai setiap hari pada jam 10.00 hingga jam 24.00. Kecuali hari minggu, Jadwal Kuliah dimulail jam 14.00. Untuk satuan harga disebut SKS. Jika dalam daftar harga dituliskan 1 cangkir espresso = 2 SKS, maka itu berarti seharga Rp. 5000 x 2 sks = Rp. 10.000. Penggunaan nama Fakultas Kopi ini sangat relevan karena pasar sasaran utama kuliner di seputar Dr. Masnyur adalah mahasiswa, terutama mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang terletak di persimpangan Jamin Ginting – Dr. Mansyur.

Fakultas Kopi menjadi bahan pembicaraan sebagian besar penikmat kopi di kafe-kafe yang sudah mapan. Dan nyatanya memang banyak yang ngopi disana untuk merasakan suasana baru, dan yang jelas, harga sangat miring, mungkin karena masih promo. Penamaan Fakultas Kopi ini merupakan cara lain untuk menarik perhatian penikmat kopi yang sudah memiliki tempat nongkrong selama ini. Biasanya, penikmat kopi yang sudah jatuh hati pada satu kafe, agak sulit untuk pindah ke lain hati, kecuali mendapat undangan dari teman untuk ngopi di tempat lain. Selain cocok di rasa, pelanggan ini umumnya sudah akrab dengan para baristo sehingga begitu mereka masuk kafe, dari jauh tinggal mengangkat dagu atau isyarat lambaian tangan, maka pesanan segera datang dengan ukuran tingkat kepahitan, manis dan getir yang sudah biasa dipesan pelanggan. Ini salah satu yang membuat pelanggan kopi cenderung menjadi pelanggan tetap di satu kafe.

Kecenderungan pelanggan ini lah yang menjadi indikasi bahwa pelanggan lokal memang terasa jenuh, statis dan tidak berkembang. Mereka jadi rebutan pebisnis dengan menciptakan konsep-konsep baru di dunia kafe selain harus memenuhi standar-standar umum seperti WiFi gratis, layar lebar infokus, parkir yang nyaman, dan tempat shalat bagi pelanggan muslim.

Menghadapi situasi inilah dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dan inovasi produk-produk yang memiliki nilai tambah dari pesaing, jika tidak memiliki ini, maka dapat diperkirakan, bisnis akan tutup dalam waktu satu semester. Dan ini terlihat dari beberapa kuliner dan kafe yang sudah menutup rolling door untuk selamanya, setidaknya begitu yang saya saksikan di sepanjang Dr. Masnyur Medan. Mereka kalah karena membuka bisnis dengan konsep konvensional dan terlihat tak siap bersaing dengan kafe-kafe-kafe yang sudah mapan dan dengan mengusung konsep yang terus diperbarui, serta memiliki produk-produk yang mampu mempertahankan cita rasa yang tak bisa diduplikasi pesaing.

Mempertahankan pelanggan saja sudah membuktikan kemampuan survive bisnis kafe ini, apalagi mampu mengiris pangsa pasar pesaing karena daya tarik konsep atau cita rasa yang berbeda, itu namanya pebisnis tangguh :-)

Dan, apa nilai unik bisnis anda?

Baca Juga :

Nov 182015
 

PomnasXIVBaru beberapa waktu lalu saya membuat catatan tentang perjalanan saya ke Surabaya dan Malang yang luar biasa. Luar biasa dalam kaitannya dengan dampak ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh kehadiran para peserta PIT 7 IDAI dan Kemnas SIT Nusantara plus beberapa negara Asean dengan jumlah total pengunjung dalam satu minggu tersebut mencapai 12ribuan dan menebarkan uang sekira hampir 20milyaran.

Dengan rasa senang kita patut mengapresiasi pihak Unsyiah yang ditunjuk sebagai tuan rumah Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional ke 14. Selain dapat dijadikan sebagai ajang mengasah keterampilan atlit-atlit muda yang potensial, hal lain yang menjadi perhatian kita tentu saja karena even ini akan berdampak secara nyata pada ekonomi masyarakat di Banda Aceh.

Menurut data yang disiarkan oleh salah satu radio di Banda Aceh, perhelatan Pomnas XIV di Banda Aceh ini menghadirkan lebih kurang 2.400 peserta dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang hadir, ditambah dengan 280 orang pihak official. Mungkin saja dari sebagian peserta atau official ada yang membawa keluarga mereka ke Banda Aceh. Welcome to Banda Aceh, saya berani katakan bahwa para pengunjung tidak akan kecewa melihat kota Banda Aceh; Bersih, Nyaman dan Aman. Kita berharap warga Banda Aceh mampu menunjukkan sikap ramah untuk mencerminkan bahwa Aceh, setidaknya Kota Banda Aceh dapat menjadi rujukan kota bersih dan ramah terhadap siapapun yang datang dengan harapan para pengunjung bisa menjadi perpanjangan tangan dan penyambung lidah guna mempromosikan Aceh sebagai kota yang layak dan wajib dikunjungi.

Untuk kalkuliasi sederhana perputaran uang di ajang nasional ini, tentu tidak perlu lagi saya uraikan disini, lebih kurang sama dengan catatan saya yang lalu mengenai Ekonomi Aceh vs Jawa Timur. Hanya beda kuantitasnya saja. Untuk upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak agar ajang ini dapat dilaksanakan di Banda Aceh, kita harus ucapkan banyak terimakasih.

Promosi visit Aceh Years selama ini menjadi fokus pemerintah dalam rangka ikut  mendongkrak perekonomian masyarakat dan memancing pihak investor untuk melirik Aceh sbagai salah satu daerah yang menjanjikan bagi investasi mereka. Konon lagi jika pihak pemerintah secara konsisten dapat menjaga situasi Aceh terus aman dan damai, sikap dan perilaku para elit pemerintah dan politisi, serta masyarakat secara umum, dapat dipastikan persepsi masyarakat luar terhadap Aceh akan menjadi sangat positif. Ini akan berdampak sangat besar bagi Aceh secara keseluruhan.

Berkaitan dengan konsistensi dan kesadaran pihak pemerintah dan para akademisi, secara langsung saya mendengar seremonial pembukaan Pomnas XIV ini melalui radio. Mulai dari sambutan panitia, rektor Unsyiah sebagai tuan rumah kampus, gubernur sebagai tuan rumah provinsi, dan juga sambutan Menristek yang tidak ada istimewanya sama sekali. Saya menilai datar dan tidak ada bobot yang mengarahkan pada konsistensi dan kesadaran bersama tentang pentingnya secara berulang-ulang meyakinkan tentang Aceh yang layak dikunjungi. Sambutan-sambutan yang dibawakan Rektor dan Gubernur, sedikitpun tidak menyinggung visi tentang Aceh damai, aman dan nyaman, kalimat-demi kalimat seluruhnya normatif. Bahkan gubernur dan menteri memiliki inti pembicaraan yang sama; mengharapkan muncul atlit-atlit nasional yang handal dan membanggakan negara di mata dunia, hanya itu inti pokoknya, selebihnya setengah pembiacaraan panjang lebar untuk penghormatan kepada sipolan dan sipulin.

Saya menunggu-nunggu, setidaknya seperti pak de Karwo katakan dalam sambutannya pada acara Pertemuan Ilmiah Tahunan di Surabaya. Beliau mampu secara lisan menyampaikan potensi-potensi alam dari seluruh penjuru angin Jawa Timur, ada apa disana, bagaimana cara menempuhnya, dan memberikan jaminan kepada pengunjunga tentang keramahan warga setempat dimanapun kita berada di wilayah hukum Jawa Timur. Semua kalimat-kalimat ini diberi intonasi khusus dengan gaya seloroh dan serius. Saya melihat respon perserta saat itu sungguh berbeda, langsung terdengar bisik-bisik dari peserta mengenai rencana mereka ke tempat-tempat yang disebutkan oleh pak de Karwo. Dia mengenal betul potensi yang ada di wilayahnya, dan tauu persis teknis menuju ke tempat tersebut. Dalam hati saya berguman, pak de Karwo memiliki visi yang besar untuk membangun karena dia tahu dan faham sumber daya alam dan demografi masyarakatnya. Semua ini dimaksudkan untuk ‘merayu’ para peserta agar mau melakukan perjalanan ke tempat-tempat tersebut dan mengharapkan dampak kunjungan tersebut bagi pergerakan ekonomi masayakat setempat.

Dan, itu tidak dilakukan oleh Rektor Unsyiah dan Gubernur Aceh pada sambutannya. Saya beranggapan bahwa membangun daerah tidak cukup dengan janji, tetapi harus mampu memahami benar sumber daya yang dimiliki dan mampu menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana serta dibuktikan dengan tindakan-tindakan yang nyata, sekalipun dalam bentuk perilaku yang kecil melalui ucapan-ucapan yang menggambarkan visi besar seorang pemimpin.

Selamat jalan jalan peserta POMNAS XIV. Sebaiknya luangkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat indah di Aceh…

Baca Juga:

Nov 102015
 

wismanAcehDua even nasional yang saya ikuti di Surabaya dan Malang sungguh menakjubkan, masing-masing Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke 7 Ikatan Dokter Anak Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober – 04 November di Surabaya. Dan event kedua adalah Kemah Nasional SIT yang diikuti oleh peserta dari tingkat SD hingga SMA dari seluruh Indonesia dan utusan beberapa negara Asean yang berlangsung dari tanggal 3 – 7 November 2015 di areal kemnas Coban Rondo, Batu, Malang.

PIT ke 7 IDAI diikuti oleh dokter anak seluruh Indonesia plus residen yang presentasi poster dengan jumlah peserta lebih kurang 3.000 (tiga ribu) orang, ini belum termasuk yang membawa serta keluarga. Hampir dapat dipastikan, sangat sedikit dari peserta ini yang tidak membawa keluarga, termasuk saya ikut serta, sebagian keluarga menyusul tiba di saat akhir kegiatan dan mereka berwisata di beberapa tempat di provinsi Jawa Timur.

Sedangkan Kemah Nasional berlangsung di malang, tepatnya di Coban Rondo, Batu, Malang, yang masih berada dalam provinsi Jawa Timur. Kemah Nasional ini diikuti sebanyak 8.749 peserta dari Indonesia, 318 dari Malaysia, dan 6 orang dari Thailand.

Sebagai orang yang berminat pada bidang-bidang manajemen, ekonomi dan bisnis, saya memiliki perspektif tersendiri melihat dua even besar ini.  Setidaknya ada sekitar 12.000-an (Dua Belas Ribuan) pengunjung datang ke Surabaya dan Malang, bukan Jawa Timur secara keseluruhan, hanya dua kota ini saja. Jika diasumsikan 3000 peserta PIT 7 ini mengeluarkan uang untuk belanja masing-masing 5juta untuk beli oleh-oleh dan wisata kuliner, maka akan ada uang beredar sebesar lebih kurang 15 milyar dalam rentang waktu tanggal 31 Okt – 04 November di kota Surabaya. Dan harus diperhitungkan juga biaya kegiatan ini yang tentu saja sangat besar dan semuanya beredar dalam putaran bisnis.

Di Malang, peserta Kemnas dari anak-anak SD-SMA, menurut pantauan saya, diberi uang jajan dari orang tua mereka mulai Rp. 300ribu – Rp. 1 juta, jika dirata-rata jajan mereka Rp. 500ribu saja, maka dari kemnas ini akan beredar uang sebesar lebih kurang Rp. 4,3 milyar di Kota Malang.  Dalam minggu tersebut, uang-uang dari seluruh provinsi tersedot ke Surabaya dan Malang dengan total lebih kurang hampir 20 milyar.

Ini baru dari dua even saja. Dan, di beberapa ruas jalan, masih banyak terbentang spanduk Selamat Datang yang ditujukan bagi peserta even nasional lainnya dalam bulan ini, ya, even nasional, bisa kita bayangkan berapa orang lagi yang akan mengunjungi Surabaya di tahun ini, belum lagi mengintip data BPS Jatim untuk informasi tentang wisman, mungkin kita tercengang, setidaknya saya, karena saya teringat ke Aceh, yang babak belur mensosialisasikan Aceh sebagai daerah Bandar Wisata Islami, tapi sepi pengunjung, dan bahkan investor pun membatalkan untuk berinvestasi.

Fenomena ini sungguh luar biasa. Di Surabaya, hotel-hotel penuh sesak oleh penginap, bahkan bagian-bagian acara PIT 7 berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain untuk menyesuaikan kapasitas hotel. Dan, saat jadwal Ishoma, Istirahat Shalat dan Makan, ruang dan lorong-lorong hotel sudah seperti pasar tempat hilir mudik pembeli dan penjual. Bahkan makan pun harus berdiri karena tidak cukup kursi.

Uang-uang yang dibawa pengunjung ini akan sangat cepat berputar di masayarakat karena uang beredar di berbagai tempat; Mall, tempat hiburan, wisata religi, warung nasi, kafe, pedagang souvenir, pernak-pernik, sablon, taksi, becak, ojek, pedagang asongan, rental mobil, sampai tukang sampah pun panen dengan memanfaatkan sampah yang dibuang para pengunjung. Ekonomi masyarakat tampak bergairah, mereka sibuk semua menangkap peluang ini dengan berbagai cara dan menurut profesinya masing-masing. Efek bola Bilyar menggelinding dan menyentuh semua sudut-sudut gerigi ekonomi masyarakat.

Gubernur Jatim, Pak De Karwo, dalam sambutannya di PIT 7 IDAI, jelas sekali menunjukkan bagaimana beliau memberikan informasi yang gamblang tentang Jatim. “Bapak-bapak, ibu-ibu dan seluruh peserta, nanti setelah selesai acara ini, jangan pulang dulu, nikmatilah kota terindah di Indonesia ini. Jawa Timur adalah provinsi yang paling ramah di seluruh Indonesia, bahkan orang Batak yang baik-baik semua tinggal disini, dan juga orang Batak yang datang kemari semua yang baik-baik”, demikian seloroh pak de Karwo kepada ketua IDAI Pusat yang kebetulan dari Sumut, Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A (K).

Di sela-sela sambutannya, berkali-kali pak De Karwo menyebut-nyebut tempat-tempat yang wajib dikunjungi, kuliner khas Jatim yang mesti dicicipi, keindahan alam yang harus diekplorasi, serta keramahan masyarakat Jatim menerima tamu serta jaminan keamanan dan kenyamanan pengunjung selama berada di Jawa Timur, baik yang berada di utara, Barat, Selatan, maupun di bagian Timur Jawa Timur ini.

Membandingkan Jawa Timur yang berpenduduk 38juta dengan provinsi Aceh yang hanya 4juta, tentu sesuatu hil yang bukan mustahal. karena alam Aceh, seperti yang saya lihat di Coban Rondo yang katanya seperti Puncak nya Bogor itu, bukan lah sesuatu yang istimewa, jauh sekali lebih indah Seulawah dan Saree. Jalannya? jauh lebih hebat jalan-jalan lintas di Aceh, rata, lebar dan hotmix. Sedang Surabaya dan jalan lintasnya sangat buruk, mirip seperti Sumut, keriting dan bergelombang.

Selain itu, dengan penduduk 38juta, APBD 2014 Jawa Timur hanya sebesar 16 Triliun, Sementara Aceh yang berpenduduk 4juta memiliki APBA 13 triliun. Secara rasio, tentu saja APBA Aceh jauh melebihi Jawa Timur, tetapi pertumbuhan ekonomi Jatim di tahun tersebut mencapai 6,17 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,94 persen. Sedangkan Aceh hanya tumbuh sebesar 1,65 persen, angka yang sangat “menyakitkan”. ini sangat kontras.

Yang paling membuat saya terkesan adalah, ucapan gubernur Jatim, pak De Karwo, bahwa Jawa Timur adalah provinsi paling ramah di Indonesia. Pernyataan ini sungguh menarik, karena implikasi ekonominya sangat tinggi, dan menggiurkan untuk dikunjungi karena adanya jaminan kemanan, kenyamanan, dan kepauasan berkunjung ke Jawa Timur. Sekalipun kalimat ini mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi kenyataannya banyak pengunjung yang datang ke Jawa Timur dan “menguras” uang mereka untuk menghidupkan ekonomi masyarakat setempat.

Apa kabar Aceh? Mampukan menjaga perdamaian dan menjamin keamanan pengunjung yang datang ke Aceh? Untuk membuktikannya, kita bisa intip terus data pengunjung lokal dan wisman yang hilir mudik dari dan ke Aceh melalui data dan informasi BPS.

Pemerintah tidak mampu melakukan kampanye Aceh damai sendirian, konon lagi munculnya kisruh-kisruh politik kepentingan yang berdampak pada masyarakat dalam bentuk benturan dan gesekan sosial yang merambat ke persoalan agama. Situasi-situasi seperti ini menjadi preseden buruk Aceh di mata masyarakat luar, dan memunculkan image negatif bahwa Aceh tidak aman dan nyaman. Sikap ini tentu tidak sinkron dengan jargon Aceh yang mengusung Syari’at Islam sebagai nilai-nilai hidup kesehariannya.

Baca juga :

Nov 062015
 

investasiKabar yang dirilis salah satu media online lintasnasional.com mengenai batalnya dua investor asal Malaysia dan Lampung yang akan berinvestasi di Aceh sangat disayangkan, alasannya hanya karena tidak nyaman. Padahal investor dari Malaysia tersebut sudah empat kali bertemu dengan pihak pemerintah Aceh Utara di Malaysia, begitu juga pihak investor sudah empat kali berkunjung ke Aceh Utara. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Bupat Aceh Utara pada acara Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh ICMI di Aula Sekdakab Aceh Utara, Senin 02 November 2015,

Faktor keamanan dan kenyamanan menjadi alasan utama para investor untuk mempertimbangkan apakah mereka memutuskan berinvestasi atau tidak pada suatu daerah. Jika dua hal ini tidak terpenuhi, maka investor tidak mungkin mau mengambil resiko bisnis dari situasi yang tidak memiliki kepastian. Bisnis memang selalu diiringi oleh resiko, tetapi resiko dalam bisnis bisa diprediksi seperti resiko karena persaingan, adanya peraturan, terjadinya inflasi, dan situasi lain yang bisa diukur. Beda halnya dengan kondisi politik dan keamanan, ini adalah situasi yang relatif tidak dapat diukur dan diprediksi dalam perspektif bisnis, dan tidak dapat dikendalikan serta cenderung liar. Maka pebisnis tidak mungkin mau mengambil resiko jika tidak ada jaminan keamanan dan kenyamanan, ini spekulasi namanya.

Di tengah-tengah upaya pemerintah Aceh mencanangkan Aceh sebagai Bandar Wisata Islami dengan mengusung jargon damai, tentu saja kabar di atas menjadi ironi, karena di satu sisi pemerintah mengundang orang luar untuk datang ke Aceh, tetapi di sisi lain Aceh belum mampu membuktikan dirinya sebagai provinsi yang aman dan nyaman secara defakto kepada para calon pengunjung, apalagi investor. Padahal, karena keunikannya, Aceh sangat diminati untuk dikunjungi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Aceh menyatakan bahwa jumlah penumpang internasional yang berangkat dari provinsi Aceh melalui bandar udara Sultan Iskandar Muda pada bulan September 2015 sebanyak 8.357 orang, mengalami peningkatan sebesar 43,00 persen dibanding bulan Agustus 2015. Sedangkan penumpang internasional yang datang pada bulan September 2015 sebanyak 5.611 orang, mengalami peningkatan sebesar 17,93 persen dibandingkan bulan Agustus 2015.

Demikian juga jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk melalui pintu kedatangan di provinsi Aceh pada bulan September 2015 sebanyak 2.391 orang atau mengalami peningkatan sebsar 15.40 persen dibandingkan dengan bulan Agustus 2015. Secara kumulatif pencapaian jumlah wisman Januari – September 2015 meningkat sebesar 5,59 persen terhadap periode yang sama di tahun 2014.

Data dan informasi di atas mengkomfirmasi bahwa Aceh memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisman, dan ini merupakan peluang bisnis yang perlu direspon dengan menyediakan berbagai kebutuhan mereka saat berada di Aceh ataupun saat mereka kembali dalam bentuk souvenir yang memberikan kesan atas kedatangan mereka ke Aceh.

Jika pemerintah bersama-sama masyarakat tidak mampu meyakinkan pihak luar secara umum dan bilkhusus investor bahwa Aceh aman dan nyaman, maka ekonomi Aceh akan bergerak sangat lambat dan terseok seok mengejar ketertinggalan, konon lagi serapan anggaran setiap tahun yang selalu rendah. Stimulan-stimulan untuk menggairahkan perekonomian di Aceh sangat kering dan belum mampu merangsang tumbuhnya usaha-usaha sektor ril yang mestinya menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Aceh.

Baca juga :