Mar 292015
 

Menurut Kotler, pada tahap Kemunduran (decline) ini, penjualan menurun drastis hingga ke titik paling rendah, bahkan bisa jatuh hingga pada titik nol. Ada banyak alasan situasi ini terjadi begitu dramatis, diantaranya adalah; (1) perusahaan tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terlalu cepat, (2) terjadinya pergeseran selera konsumen, (c) meningkatnya persaingan domestik dan luar negeri, (4) keadaan perekonomian.  Situasi ini berdampak pada terjadinya kelebihan kapasitas, meningkatnya perang harga, dan terkurasnya laba.

Walau decline, bukan berarti produk-produk yang lama tidak mampu lagi menghasilkan laba, biasanya produk-produk ini akan tetap memenuhi permintaan pasar dari sisa-sisa konsumen yang masih bertahan dan mencari produk tersebut. Produk ini hanya melayani pasar inti, yaitu konsumen yang khusus.

Untuk mengantisipasi terjadinya ‘macet total’, maka barang-barang lama harus segera diimprovisasi, dilahirkan kembali dan diremajakan agar dapat dilempar kembali di pasar. Untuk itu manajemen perlu melakukan beberapa alternatif strategi untuk mendorong upaya peremajaan kembali produk tersebut, yaitu;

  • Memperbaharui fungsi barang
  • Melakukan efisiensi dengan melakukan perbaikan pemasaran dan program produksi
  • Memodifikasi ukuran produk, warna, bentuk, serta model agar menarik perhatian
  • Menghilangkan sebagian jenis barang dan mulai fokus pada barang yang dianggab memiliki potensi paling besar di antara barang-barang lainnya, core business.
  • Menambah inestasi untuk memperkuat posisi kompetitif perusahaan
  • Mencari pasar baru
  • Atau menghentikan produksi jenis barang tertentu yang dianggap potensial meningkatkan biaya dan potensi laba yang rendah.

Berikut Ikhtisar karakteristik, Tujuan, dan Strategi Siklus Hidup Produk

pclikh

karakteristik

tujuanL

Strategi

Baca juga:

Mar 272015
 

dewasaDibanding Tahap Perkenalan dan Pertumbuhan sebelumnya, maka Tahap Kemapanan biasanya memiliki jangka waktu yang relatif lebih lama. Manajemen harus bekerja keras untuk menyeimbangkan situasi pada tahap ini. Setidaknya ada tiga fase yang terasa pada tahap kemapanan ini, yaitu; Fase Kemapanan Tumbuh, istilah lain menyebutkan Tahap Kedewaaan Tumbuh, dimana penjualan mulai terasa menurun, artinya bahwa tumbuhnya melambat, tidak ada lagi saluran distribusi yang dapat diisi. Memang masih ada pelanggan-pelanggan baru yang masuk karena terlambat mengenal produk, tetapi tidak signifikan karena sedikit. Fase kedua adalah Kemapanan stabil, atau Kedewasaan Stabil, artinya bahwa pasar sudah mulai jenuh, penjualan sudah merata dalam basis per kapita, hanya pelanggan lama yang belanja, pelanggan baru tidak ada lagi. Situasi pada fase ini akan bergerak dan dipengaruhi oleh pertambahan penduduk, karena pelanggan lama selain sudah bosan dengan produk, mereka juga sudah mulai memiliki keinginan mencoba produk lain yang sejenis (substitusi).

fase ketiga adalah fase Kemapanan Goyah, atau Kedewasaan Menurun. Tingkat penjualan secara absolut benar-benar menurun karena banyak pelanggan meninggalkan produk dan benar-benar beralih ke produk lain. Pasar semakin tersegmentasi yang menuntut perusahaan harus meningkatkan promosi dengan konsekuensi menambah biaya. Pada tahap ini persaingan semakin ketat, dan sangat mempengaruhi hidup matinya perusahaan jika kalah atau menang dalam persaingan.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah:

  • Modifikasi Pasar –  Mencoba memperluas pasar untuk merek yang mapan dengan mengatur dua faktor yang menghasilkan volume penjualan, yaitu; faktor pertama, menambah Jumlah Pemakai Merk dengan menggunakan cara-cara; (a) Mengubah orang yang bukan pemakai menjadi pemakai, (b) masuk segmen pasar baru, (c) Menarik pelanggan dari pesaing. faktor kedua adalah tingkat pemakaian per pemakai, yaitu meyakinkan pemakai agar mereka menambah penggunaan dalam setiap periode. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu (a) Merayu pelanggan agar menggunakan produk tersebut lebih sering dari biasanya, (a) menyadarkan pemakai bahwa produk tersebut selalu digunakan setiap peristiwa yang melibatkannya. (c) Atau perusahaan yang mencoba untuk menemukan kegunaan lain dari produk tersebut sehingga pelanggan akan merasa lebih memiliki banyak manfaat dan kegunaan dalam satu produk tersebu
  • Modifikasi Produk –  Mendorong penjualan dengan cara memodifkasi karakteristik produk dengan cara; (a) Pengembangan kualitas produk dengan cara menambah dan meningkatkan kinerja fungsional produk, seperti; daya tahan, keandalan, kecepatan, rasa, dll. (b) Pengembangan ciri baru pada produk, seperti ; ukuran, berat, bahan, asesoris, dll yang membuat palanggan merasa nyaman terhadap produk. (c) Pengembangan gaya, meningkatkan penampilan produk sehingga terlihat memiliki nilai estetika yang tinggi.
  • Modifikasi Bauran Pemasaran – Perusahaan dapat mencoba meningkatkan penjualan dengan memodifikasi salah satu atau kombinasi dari bauran pemasaran, yakni; Price, Product, Distribution, dan Promotion.

Karena tahap kemapanan/kedewasaan ini biasanya berlangsung lebih lama dari pada Tahap Perkenalan dan Tahap Pertumbuhan, maka manajer harus bekerja keras mensiasati semua kondisi, setidaknya mengulur waktu sejenak agar tidak terlalu cepat melompat pada tahap penurunan (decline), sementara itu, di sisi lain manajer terus berfikir untuk mengantisipasi apa yang harus dilakukan jika perusahaan ‘terpaksa’ memasuki tahap decline.

Baca juga :

Mar 242015
 

growthJika anda merasa bahwa penjualan anda terasa lonjakannya cepat, kemudian para konsumen baru menyukai produk tersebut, dan kalangan menengah juga mulai banyak yang membeli produk. Pada saat yang sama, bermunculan juga pesaing-pesaing baru yang ikut bertarung memproduksi barang yang sama dengan sedikit mengandalkan kelebihan produknya, maka ini adalah gejala atau tanda-tanda perusahaan anda sedang puber. Dalam istilah Siklus Hidup Produk (product life cycle – PLC) perusahaan anda sedang memasuki Tahap Pertumbuhan.

Meningkatnya penjualan dapat menurunkan biaya promosi karena produk sudah diterima pasar. Tapi harus diingat bahwa situasi ini akan terus memunculkan produsen-produsen baru yang akan mengeruk dan menuntut bagian pasar yang sama, sehingga, sekalipun terjadi penurunan biaya promosi yang akan membantu menaikkan pendapatan, tetapi irisan-irisan pasar yang dibuat oleh pesaing akan menurunkan pendapatan yang lambat laun terasa signifikan.

Pada tahap Pertumbuhan ini, yang penting dicamkan adalah mempertahankan durasi waktu pertumbuhannya agar bisa bertahan selama mungkin. Kotler menympaikan beberapa strategi berikut:

  • Perusahaan harus berupaya meningkatkan kualitas produk dan menambahkan ciri baru pada produk dan peningatan gaya
  • Perusahaan menambahkan model baru dan produk pengapit
  • Perusahaan memasuki segmen pasar baru
  • Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru.
  • Perusahaan beralih dari iklan sadar akan produk ke iklan preferensi produk
  • Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif harga di lapisan berikutnya.

Tahap pertumbuhan ini lebih berorientasi pada strategi ekspansi pasar guna memperkuat posisi kompetitif, dan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu; antara memperbesar pangsa pasar dan laba yang besar. Keduanya memiliki konsekuensi yang sama, yakni, tambahan dana untuk belanja pengembangan produk, promosi, dan distribusi. Untuk sementara perusahaan akan mengabaikan pencapaian laba maksimum karena hal tersebut dimaksudkan untuk diraih pada tahapan berikutnya.

Baca juga:

Mar 212015
 

Sesuatu yang baru harus diperkenalkan ke khalayak agar diketahui keberadaannya. Demikian dalam bisnis, setiap produk baru yang ingin diluncurkan ke pasar harus diperkenalkan ke pasar agar tidak perlu berlama-lama berada di jenjang pemula ini, dan segera bisa memasuki tahap pertumbuhan yang cepat.

Banyak faktor yang menyebabkan sebuah produk ‘betah’ berlama-lama berada di tahap pertama pada siklus hidup produk ini, di antaranya adalah; lambannya pengembangan kapasitas produksi, tidak memiliki atau lambat dalam mendapatkan rantai distribusi, adanya penolakan dari pelanggan karena perilakau pelanggan yang mapan pada produk yang sudah dilanggannya dari produsen lain, sedikiktnya jumlah pembeli yang membutuhkan produk yang dipasarkan.

Di tahap perkenalan ini, biasanya terdapat ciri-ciri dan situasi umum yang dapat dilihat dengan jelas, yaitu; (a) Keuntungan yang relatif kecil karena penjualannya rendah, (b) biaya distribusi dan promosinya yang tinggi, (c) teknologi yang dimiliki untuk memproduksi produk masih sangat terbatas, ini akan berpengaruh terhadap waktu dan biaya di luar distribusi dan promosi.

Strategi

Untuk menyiasati situasi pada tahap perkenalan ini, Kotler menyampaikan Empat Strategi Pemasaran dalam tahap perkenalan. Dari empat variabel yang ditawarkan, Kotrler menyarankan hanya mempertimbangkan Harga dan Promosi untuk empat strategi ini, dan pihak manajemen dapat memilih salah satu strategi disesuaikan dengan kondisi :

perkenalan

Strategi Peluncuran Cepat (rapid-skimming strategy) adalah strategi yang digunakan jika ingin memperoleh sebanyak-banyaknya laba bruto pada setiap unit produk. Tapi ingat, strategi ini berorientasi pada Harga yang tinggi dan tingkat promosi yang tinggi pula. Promosi yang tinggi akan meningkatkan penetrasi pasar dengan cepat. Strategi ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang yang jarang terpikirkan (tidak disadari) oleh konsumen, tetapi sebenarnya dibutuhkan. Untuk kasus ini, perusahaan harus mampu meyakinkan bahwa produknya tersebut memiliki manfaat yang sangat tinggi yang dibutuhkan dan selama ini dicari oleh konsumen, tetapi konsumen tidak tahu dan tidak menyadari keberadaan produk tersebut. Jika konsumen telah tahu dan menyadari tentang produk tersebut, maka, harga tingga bukan lagi menjadi persoalan. Bagi produsen yang baru meluncurkan produk harus benar-benar memiliki alasan kuat, mengapa produk tersebut harganya tinggi?

Strategi peluncuran Lambat (slow-skimming strategy), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperoleh laba yang tinggi, tetapi biaya promosi yang rendah. Untuk strategi ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:

  • Ukuran pasar terbatas
  • Sebagian besar pasar sadar akan produk
  • Pembeli bersedia membayar dengan harga tinggi
  • Diperkirakan tidak ada persaingan dalam waktu dekat

Strategi Penetrasi Cepat. Strategi ini fokus pada pangsa pasar yang besar dan penetrasi yang cepat dengan menjual produknya dengan harga yang rendah dan biaya promosi yang tinggi. Strategi ini dilakukan dalam kondisi berikut:

  • Pasar besar
  • Pasar tidak menyadari kehadiran produk
  • Sebagian besar pembeli sensitif terhadap harga
  • Ada kemungkinan besar persaingan
  • Biaya produksi per unit turun sejalan dengan skala produksi dan bertambahnya pengalaman produksi

Strategi Penetrasi Lambat. Strategi ini menerapkan harga rendah dan tingkat promosi rendah. Tujuan harga rendah adalah untuk mendorong cepatnya penerimaan produk di pasar, dan untuk ini, perusahaan harus jeli dan mampu menekan biaya produksi agar tetap memperoleh laba yang baik dengan harga yang rendah. Perusahaan memiliki keyakinan bahwa perminataan pasar memiliki elastisitas harga yang tinggi namun elastisitas promosinya minimal. Strategi ini dapat dilakukan dalam kondisi berikut:

  • Pasar besar
  • Pasar sangat sadar akan produk
  • Pasar sensitif terhadap harga
  • Ada kemungkinan persaingan

Perusahaan yang menjadi pelopor pasar harus menjalankan strategi peluncuran secara konsisten sesuai maksud penempatan produknya, artinya produk tersebut akan digunakan untuk apa? melumpuhkan pesaing? mencari laba? mencari pasar? Dan perusahaan/ pelopor pasar harus menyadari bahwa dia tidak dapat memasuki semua pasar dan harus memvisualisasikan pasar berbagai produk yang dapat dimasukinya pertama kali.

Baca Juga:

Mar 192015
 

Pernah dengar istilah Siklus Hidup Produk? atau dalam bahasa asingnya sering disebut Product Life Cycle (PLC). Jika berbicara PCL, itu artinya kita sedang membicarakan 4 (empat) hal, yaitu; (1) Kita menyadari bahwa produk memiliki usia yang terbatas, seperti halnya manusia, pasti mati. (2) Produk yang kita jual akan melewati tahap-tahap yang berbeda di setiap waktunya, dengan tantangan yang berbeda pula. (3) Setiap siklus hidup produk akan memperoleh laba yang berbeda. (4) Diperlukan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian, dan personel yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup produk tersebut. Empat prinsip dasar ‘ruh’ produk ini harus kita camkan sebagai landasan bagaimana kita memperlakukan produk tersebut agar tetap ‘hidup’

Seperti halnya manusia, tidak selamanya hidup, kita memiliki tahapan hidup sebelum mati, yakni; (1) Lahir, (2) Masa Remaja, (3) Masa dewasa, (4) Masa Tua, (5) Meninggal Dunia. Persis seperti produk, juga memiliki siklus hidup yang sama, bedanya, produk bisa dilahirkan kembali. Produk memiliki tahapan hidup (siklus hidup) sebagai berikut:

  1. Tahap Perkenalan (introduction)
  2. Tahap Pertumbuhan (grouwth)
  3. Tahap Kemapanan (maturity)
  4. Tahap Kemunduran (decline)

Jika digambarkan dalam kurva, maka bentuknya akan terlihat seperti berikut:

PLC

Menurut Philip Kotler, Siklus Hidup Produk (product life cycle-PCL) merupakan konsep penting dalam pemasaran yang memberikan pemahaman tentang dinamika suatu peroduk yang kompetitif. Artinya bahwa sebuah produk akan memiliki masa-masa perkembangan yang berbeda pada setiap periode, dimana periode-periode tersebut merupakan tahapan-tahapan yang memiliki durasi yang berbeda dengan persoalan yang berbeda di setiap tahapannya.

Lingkungan bisnis adalah lingkungan yang dinamis karena banyak faktor yang memperngaruhi seperti ekonomi, sosial, budaya, serta pesaing yang juga ikut masuk dalam pasar dengan produk yang sama. Oleh karena itu, di setiap tahapan siklus produk tersebut memilik strategi yang berbeda-beda untuk mempertahankan agar produk tetap mendapat perhatian pasar.

Saat ini, bentuk siklus hidup semakin bervariasi, tidak semua produk menggambarkan PLC dalam bentuk huruf S seperti pada kurva di atas. Bahkan para periset hingga era modern saat ini telah mengidentifikasi bentuk PLC mencapai 17 pola dengan durasi yang berbeda pada setiap tahapannya, tergantung produk-produk yang dipasarkan, produk-produk spesifik kemungkinan akan memiliki pola PLC yang berbeda dengan produk umumnya karena adanya perlakuan khusus terhadap produk tersebut.

Lingkungan bisnis yang dinamis mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan cepat. Kemajuan teknologi secara beriringan melaju pesat bersama ilmu pengetahuan yang selalu mengantisipasi perubahan ini. Inti bisnis bukan lagi berfokus pada produk apa yang harus dipasarkan, karena memproduksi produk bukan lagi menjadi masalah yang perlu dipusingkan, tetapi bagaimana para produsen mampu berdiri di depan dengan strategi-strategi yang terbarukan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat ini.

Baca juga:

 

Mar 122015
 

keuanganDalam dunia bisnis, kebanyakan persoalan yang muncul disebabkan karena kesalahan cara mengelola keuangannya, atau sering diistilahkan dengan manajemen kas, cash management. Pelaku bisnis masih memiliki keyakinan bahwa meningkatkan laba dari aktifitas usahanya adalah hal yang paling utama, padahal laba yang dibukukan dalam laporan keuangan hanyalah alat ‘pencitraan’ untuk membentuk opini pihak ketiga terhadap perusahaan, sementara fakta yang sebenarnya dari perusahaan tersebut bukan lah dideskripsikan oleh laba, tetapi dibuktikan oleh kas, cash. Mungkin kita sering mendengar kalimat bijak dalam bisnis yang menyatakan, “cash is the fact, meanwhile profit is just the opinion“.

Kas merupakan salah satu dari 10 aksioma dalam manajemen keuangan, artinya, dalam dunia bisnis, 10 pernyataan dasar ini merupakan pernyataan yang dapat diterima dan terbukti kebenarannya, pebisnis harus benar-benar memberikan perhatiannya terhadap kas dalam aktifitas usahanya. Untuk memberikan gambaran yang sederhana bagaimanakah laba dan kas berperan dalam manajemen keuangan berikut saya paparkan sebuah ‘cerita sangat pendek’;

Pak Andi seorang pebisnis sukses di bidang computer’s service & sale, karena pak Andi memiliki skill yang handal dalam bidang servis dan cepat pelayanannya, serta persediaan barang sparepart pun lengkap, maka banyak pelanggan yang menaruh kepercayaan kepada pak Andi untuk menjadi pelanggan setia. Dalam satu tahun pertama usaha pak Andi booming dan dalam catatan akhir tahun beliau membukukan laba yang cukup besar dari dua macam aktifitas bisnisnya, yaitu, Service dan penjualan komputer.

Tetapi memasuki awal tahun berikutnya pak Andi kesulitan untuk mengadakan kembali persediaan barangnya, padahal catatan laba pak Andi besar sekali dalam ukuran saat itu. Akhirnya usaha pak Andi berjalan agak terseok-seok, hanya bisa menjalankan salah satu aktifitas bisnisnya, service saja. Pada saat komputer butuh penggantian sparepart, pak Andi harus menunda pekerjaannya terlebih dahulu, atau meminta uang DP (Down Paymant) kepada pelanggan untuk membeli sparepart yang dibutuhkan. Usahanya lesu kurang bergairah.

Pak Andi mengalami kesulitan keuangan dan tidak percaya apa yang dialaminya karena dalam catatan keuangannya tahun ini memperoleh laba yang tidak sedikit. Setelah ditelitinya kembali, ternyata laba yang dibukukan tersebut semuanya dalam bentuk piutang, tidak ada kas yang dibukukan. Kalaupun ada, sangat sedikit dan sudah habis digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan lain-lain yang tidak produktif.

Piutang, walaupun dikategorikan sebagai harta lancar, tetapi tingkat likuid-nya tentu kalah dengan kas. Kas merupakan harta lancar yang tingkat likuidnya sangat tinggi, dapat dicairkan kapan saja dalam waktu yang cepat pada saat dibutuhkan, sementara piutang adalah harta lancar yang membutuhkan waktu untuk pencairannya, bahkan piutang bisa saja hilang. keberadaan piutang yang terlalu lama penagihannya menyebabkan kesulitan mengembangkan bisnis yang membutuhkan dana segar untuk menambah modal kerja.

Pencitraan memang perlu, tetapi fakta lah yang menentukan kesuksesan bisnis

Cash – not profit – is king

Baca juga:

Mar 102015
 

MEASelain bebas aliran barang, sebagaimana tercantum dalam point-point deklarasi Komunitas Ekonomi Asean, KEA, juga memberlakukan bebas hambatan atas aliran sektor jasa secara lintas negara kawasan Asean, dan tentu saja sesuai dengan aturan domestik negara bersangkutan.

Untuk menjamin adanya kualitas jasa yang masuk, maka Asean melakukan standarisasi melalui pengakuan terhadap kualifikasi para profesional dengan tujuan memfasilitasi pergerakannya dalam kawasan.

Karena siutasi dan kondisi negara yang berbeda, maka, pemberlakuan bebas aliran jasa ini dilakukan secara bertahap dan terjadwal. Substansi hambatan secara bertingkat akan dikurangi dalam sektor; transportasi udara, e-Asean, kesehatan, dan pariwisata yang telah berlaku pada tahun 2010. Sedangkan sektor kelima untuk tahun 2013 diberlakukan bagi sektor logistik.

Pada tahun 2015, seluruh negara anggota Asean harus mengurangi secara substansial seluruh hambatan perdagangan jasa. Mengingat setiap negara anggota memiliki kualitas dan kesiapan yang berbeda, maka liberalisasi perdagangan jasa dinegoisasikan setiap dua tahun sejak tahun 2008, kemudian pada tahun 2010, 2012, dan terakhir pada tahun 2015 untuk batas akhir pemberlakuan bagi seluruhnya.

Untuk sektor jasa keuangan, mengizinkan negara-negara anggota untuk menjamin pengembangan sektor keuangan dan menjaga stabilitas keuangan dan sosialisasi ekonomi. Dalam melaksanakan upaya-upaya liberalisasi, setiap negara anggota harus berpedoman pada prinsip-prinsip; (a) Liberalisasi melalui formula ASEAN Minus X, dimana negara-negara yang telah siap dapat terlebih dahulu melaksanakan liberalisasi, sedangkan negara yang belum siap dapat menyusul bergabung kemudian. (b) Proses liberalisasi harus seusai dengan tujuan kebijakan nasional dan tingkat pembangunan ekonomi serta keuangan di setiap negara anggota.

Dua elemen (aliran bebas barang dan aliran bebas jasa) dalam Karakter utama Pasar Tunggal dan Basis Produksi yang telah kita ulas sekilas di artikel sebelumnya, menggambarkan betapa tahun 2015, saat genderang ‘perang terbuka’ KEA ditabuh, kita harus benar-benar siap bertempur. Meningkatkan kualitas diri melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk bersaing dengan warga negara Asean dalam ring pasar tunggal Asean. Begitupun, negara harus benar-benar mendorong penuh semua upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kualitas tersebut agar dapat tercipta nilai lebih dari negara untuk pasar Asean.

Baca juga:

Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil di Era KEA

Mar 082015
 

eksporimporindPasar Tunggal dan Basis Produksi adalah salah satu dari empat karakteristik utama MEA, dimana Pasar Tunggal dan basis Produksi memiliki lima elemen utama yang menjadi penyangganya, yakitu; (1) Aliran bebas barang, (2) Aliran bebas jasa, (3) Aliran bebas investasi, (4) Aliran modal yang lebih luas, dan (5) Aliran bebas tenaga terampil.

Aliran bebas barang merupakan komponen yang mengatur dan mengakomodasi bukan saja penghapusan tarif sebagaimana disepakati dalam AFTA, tetapi juga non-tarif yang selama ini dianggap sebagai motif proteksi. Penghapusan non-tarif dilakukan dengan cara membuat penyatuan prosedur. Dan untuk penghapusan hambatan non-tarif ini dilakukan secara berbeda pada setiap negara sesuai kondisinya.

Aliran barang-barang yang keluar masuk antara negara-negara Asean kelak tidak lagi diberlakukan bea masuk barang, kecuali barang-barang yang masuk dalam daftar Sensitif List (SL) dan Highly Sensitif List (HSL). Dan jadwal pemberlakuan penghapusan tarif dilakukan bertahap sesuai kondisi negara anggota dengan jadwal yang telah ditentukan, hingga pada tahun 2015 semua negara telah memberlakukan 100% produknya ber-tafir 0%.

Dalam diktum 13, Penghapusan Tarif untuk Aliran bebas barang, pada point (i), dijelaskan bahwa penghapusan bea masuk seluruh barang, kecuali barang yang termasuk dalam  Sensitif List (SL), dan High Sensitif List (HSL) selambat-lambatnya pada tahun 2012 untuk ASEAN 6 (Indonesia, Brunai Darussalam, Malaysia, Filiphina, Singapura, Thailand), dan selambat-lambatnya pada 2015 untuk CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam), dengan fleksibilitas bagi produk-produk sensitifnya selambat-lambatnya pada 2018, berdasarkan ketentuan protocol to amend the CEPT agreement for the elimination of import duties.

Untuk penghapusan hambatan non-tarif, sebagaimana hampir seluruh negara melakukan ‘proteksi’ ini, biasanya suatu negara menghambat masuknya barang dari negara lain dengan cara menerapkan non-tarrif barrier, yaitu; Standarisasi kualitas produk atau jasa, pembatasan kuota impor, memberlakukan prosedure atau peraturan khusus, struktur pasar, serta kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya. Berbagai hambatan non-tarif ini, dalam konsep MEA akan dihilangkan, dan akan dilakukan standarisasi yang lebih komprehensif yang berlaku untuk negara-negara ASEAN.

Sekelumit poin-poin penting yang tercantum dalam deklarasi MEA ini akan menjadi tantangan yang hebat bagi seluruh warga ASEAN yang mencapai 500juta penduduk ini. Persaingan kualitas barang bahkan keterampilan akan menjadi ketat. Walau tujuan besar dari MEA adalah memperkuat posisi dalam menghadapi pasar Global, tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa antar negara ASEAN pun akan menghadapi tantangan yang berat juga. Semua negara tentu tidak ingin hanya jadi pasar semata, semua negara berlomba menjadi produsen. Untuk meminimalisir persaingan yang tak sehat. MEA dan AFTA telah mengatur dan kelak mensertifikasi semua barang dan asal barang yang keluar masuk demi menjaga keseimbangan negara anggotanya. Keunggulan kompetitif setiap  negara akan menjadi perhatian serius MEA.

Dari berbagai sudut pandang manapun, Indonesia, sangat mungkin akan menjadi negara yang kuat dan digdaya. Sumber Daya Alam melimpah, SDA memadai, wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar, dan banyak faktor lain yang menggambarkan Indonesia menjadi negara yang kuat di kawasan Asia jika pemerintahan dan rakyat bekerjasama dengan baik. Pengelolaan sumber daya alam yang seimbang serta bagaimana kebijakan pemerintah dalam memperlakukan sumber daya manusia yang ada.

Baca juga: